Mohon tunggu...
Gunaris Gunaris
Gunaris Gunaris Mohon Tunggu... wiraswasta -

Staf Pengajar Pusdik Polri dan Sandi Yudha Kopassus, Dosen terbang di beberapa peguruan tinggi. CEO Otomasi Groups (PT. Otomasi Sukses Internasional)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru yang Bijak dan Ayah yang Hangat (1)

19 Oktober 2011   12:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:45 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Wes maem rek (Sudah makan rek)?"
"Belum Pak", jawab saya agak tersipu.
"Pesen 2 porsi ya"
Begitulah kira-kira pembicaraan saya dengan seseorang yang sangat saya hormati dan kagumi, kisaran tahun 1996, 15 tahun yang lalu. Meskipun sudah lama berselang, ajakan hangat itu seperti masih kemaren terngiang ditelinga.
Kadang kita makan bersama, itulah mungkin teman-teman seangkatan waktu itu agak segan dengan saya.

Pak Nuh, begitu biasanya beliau dipanggil. Waktu itu masih menjabat sebagai Direktur di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, tahun 1999 saat saya luluspun beliau masih disana. Beliau sekarang menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) di jajaran KIB, setelah sebelumnya menjadi Mendiknas dan Menkominfo.

Pertengahan September 2011 kemaren saya ketemu dengan Omen dan Herry di Surabaya, dia adalah teman seangkatan dulu. "Anak-e Pak Nuh iki piye kabare?" begitu dia sering memanggil saya. Mungkin ada benarnya, karena saya sering bertemu dan minta bantuan, sehingga dilihatnya seperti seorang anak.
Kedekatan dengan beliau terpaksa harus terjadi karena keadaan saya waktu itu.

Seperti kisah-kisah saya sebelumnya, saya mencari biaya sendiri untuk kuliah bahkan harus bekerja di pemotongan ayam. Jadwal kerjanya antara tengah malam sampai waktu subuh tiba. Sedangkan kuliah antara jam 7 pagi sampai jam 4 sore dan pulang pergi antara ITS di Keputih, ke Bratang Gede diujung hampir Wonokromo saya jalani dengan naik sepeda pancal. Hampir 14km pulang-pergi tiap hari. Tidurpun hanya 3 jam sehari semalam karena malamnya kerja di les privat.
Kerja itu hanya untuk kebutuhan sehari-hari buat makan saja, gaji dua ribu sehari rasanya tidak cukup untuk membeli makan yang layak meskipun hanya sekali sehari. Sedangkan setiap semester selalu didukung oleh beasiswa untuk membayar SPP.

Pertemuan dekat pertama saya dengan pak Nuh, saat saya dipanggil ke kantor direktur.
Perhatian yang beliau berikan kepada saya mungkin agak khusus karena mempunyai keanehan dalam kuliah.
"Gunaris katanya sering tidur waktu dikelas sambil duduk ya?"
"Iya pak, mohon maaf saya kerja kalau malam."
"Oke, itu tidak masalah. Tetapi yang menjadi keheranan kami para dosen, setiap kali kamu ditanya tentang materi kuliah koq bisa menjawab?"
Akhirnya saya bercerita, saat dulu di MAN sering jadi pengajar elektronika dan matematika, bahkan kakak kelas juga saya ajar waktu saya masih dikelas 2.
Jadi sebenarnya apa yang diajarkan semester 1 sampai 3 itu saya tahu semuanya. Mulai rangkaian listrik, rangkaian elektronika dan dijital serta programming.
Perhatian beliau luar biasa, bahkan mungkin satu persatu mahasiswa beliau ketahui latar belakangnya. Kedekatan dengan kami -para mahasiswa- juga sangat kental, sampai kami juga sungkan jika mencoba untuk tidak patuh di kampus.

(bersambung)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun