Tidak terasa pertengahan Ramadhan sudah berlalu, kita sudah masuk pada 10 hari ke dua. Beberapa kegiatan ibadah tentunya sudah kita ikuti sebagai bagian dari ibadah di bulan suci ini. Sholat tarawih, puasa, taddarus Al quran dan sebagainya.
Itu semua adalah dari sisi rohani, sedangkan secara fisik beberapa kegiatan yang sering kita lihat di bulan Ramadhan atau jelang Idul Fitri juga sudah mulai nampak. Mengecat rumah, beli perabot baru, beli baju baru bahkan ada yang beli kendaraan baru. Hanya untuk berlebaran dan tampil beda di 1 Syawal nanti.
Harga kebutuhan sudah naik dari kemarin, dan sudah pasti anggaran rumah tangga umat muslim justru naik di saat Ramadhan, yang konon seharusnya dari logika berfikir, selama menjalankan ibadah puasa justru ada penghematan.
Coba kita pikirkan, kalau pada hari biasa kita bisa makan 3 kali dan jajan camilan lebih dari 2 kali. Di bulan Ramadhan kita hanya perlu makan 2 kali, saat berbuka puasa dan saat sahur saja. Makannya pun sedikit, kalau merunut perilaku Rosullalloh Nabi Besar Muhammad SAW saat berbuka puasa.
Karena, tujuan puasa atau ibadah puasa adalah agar kita bisa merasakan lapar, dahaga dan rasa letih yang amat karena harus tetap beraktifitas, sehingga muncul dalam diri kita rasa solidaritas, merasakan keterbatasaan sahabat kita yang berkekurangan atau miskin dimana sehari hari makan tidak tentu, apalagi beli camilan.
Memang tidak mudah menjalani dan mengerti, apa sich rahasia yang ingin Alloh SWT tanamkan ke kita , penulis juga masih belajar banyak menuju kearah yang lebih baik.
Sehingga tulisaan ini penulis maksudkan sebagai cambuk dan cerminan agar bisa meraih rahasia Ramadhan dari waktu ke waktu. Agar kita benar-benar sesuai yang Alloh SWT inginkan.
Yang jelas kalau kita merasa memiliki Ramadhan, maka kita bisa membagi dalam 3 kelompok makna yang bisa kita raih dalam berupaya memiliki Ramadhan yang kita jumpai.
Pada akhirnya nanti setiap Ramadhan sekarang dan kedepan, dan berulang ke depan lagi selalu mengalami peningkatan kwalitas, bukan sekedar rutinitas atau bahkan yang lebih ekstrim dianggap sebuah bulan yang memang tidak bisa kita hindari.
Kesimpulan penulis, karna penulis bukan seorang ustadz atau penceramah adalah :
1. Ramadhan harus merubah kita menjadi pribadi yang Shaleh: Peka dan bisa merasakan penderitaan sahabat kita yang berkekurangan. Kata orang pintar, derita mereka adalah duka kita. Sehingga Ramadhan bisa jadi momentum terindah menyantuni dan menyelamatkan saudara kita yang membutuhkan uluran tangan kita. Karena di bulan ini kita di harapkan seperti digiring untuk melakukan sedekah lebih banyak di banding hari atau bulan lain.
2. Ramadhan harus merubah menjadi pribadi yang Ikhlas dan sabar : Kita diajarin sabar menahan diri untuk tidak makan minum selama 1 hari dari imsak sampai saat adzan maghrib. Jadi kita harus terbiasa untuk menunggu saatnya buka tiba. Termasuk sabar misal harapan kita belum terpenuhi baik sebagai pribadi, suami, istri, anak, atau bahkan pekerja. Karena dalam hidup ini banyak hal terjadi tanpa bisa kita hindari. Namun tetap harus kita hadapi.
3. Ramadhan harus merubah menjadi pribadi yang dewasa : Dengan Ramadhan, lewat media puasa, kita dididik untuk lebih dewasa. Mendahulukan mana yang penting atau prioritas dulu. Juga selalu menggunakan pengalaman sebagai guru terbaik dalam memutuskan sesuatu.
Kalau kita bisa upayakan minimal 3 hal itu terjadi pada diri kita, maka jawabannya adalah “ Ramadhan milik kita “ Alhamdulillah.
Selamat menjalankan ibadah puasa, mari kita rebut kemenangan di hari Fitri nanti. Insya Alloh.
Â