Rabu, 4 Juni 2014 siang hari di ruang kerja sebuah kantor yang ada di seputaran Tugu Jogja, kantor kami, perbincangan spontan muncul antara kami berdua.
Siang tadi setelah sebelumnya mengikuti pengajian di tempat kerja kami, sesaat sebelum beraktifitas kembali ke meja kerja, Saya sempat klik jejaring sosial.
Ada diskusi hangat disana. Beberapa tokoh lapangan dari perusahaan kami beradu argument di sebuah grup .
Intinya, ternyata banyak sekali dari kita lebih cepat menyimpulkan masalah tanpa melihat sejarah, lebih cepat menghakimi tanpa mencari saksi.
Dan beberapa hasil dari itu semua adalah kekecewaan , sakit hati dan sebagainya.
Ada sebagian dari kita bisa marah, memojokan siapa saja dan menganalisa sebuah masalah secara berlebihan.
Namun yang lucu adalah, di jejaring sosial tadi, ada yang menyajikan solusi atau jalan keluar bagi sebuah permasalahan namun tidak paham atas akar masalah yang ada.
Ustadz, sahabat senior Saya tadi menyampaikan, itu seperti dua orang dokter gigi yang sedang berusaha memperbaiki kendaran tua.
Ya…” Jaka Sembung “ alias tidak nyambung.
Ustadz ini menyampaikan dengan sedikit bahasa yang agak berat, sehingga penulis jadi terpengaruh agak memutar cukup panjang untuk “ to the point” pada tujuan tulisan ini.
Intinya, hidup ini harus dijalalani dengan ikhlas-tanpa pamrih. Jalankan semua aktifitas karena Alloh SWT semata ( Tuhan Kami )
Kalau sudah pada tahap itu, maka kata beliau….. semua masalah menjadi tidak berat.
Belum punya tabungan banyak, atau belum punya harta lebih.. bahkan belum gajian pun menjadi tidak maslah.
Karena segala hal kita tujukan pada proses pengabdian pada Tuhan Kita.
Masalahnya : Mungkinkah kita bisa melakukannya ? kalau bisa ikhlas atau sabar, apakah itu tanpa batas ?
Apapun itu, patut kita coba.
Terima kasih Ustadz.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H