Mohon tunggu...
Gunadi Pg
Gunadi Pg Mohon Tunggu... -

Masa kanak-kanak dan dewasa tumbuh di Yogyakarta, merantau dan sempat keliling kota saat bergabung dengan tempat kerja. Sekarang menetap di Yogyakarta, dengan keluarga kecilnya ditengah keluarga besar yang juga ada di Yogyakarta. Ratih, Zwetta dan Attar adalah semangat hidupnya. Ratih sang istri, Zwetta si Sulung dan Attar si bungsu. Bersama berusaha menjadi anak yang baik, orang tua yang bijak dan anggota masyarakat yang bermanfaat bagi sesama.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

10 Menit Bersama Ustadz Kami : Hidup Ikhlas-Tanpa Pamrih “Mungkinkah”

4 Juni 2014   22:56 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:20 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabu, 4 Juni 2014 siang hari di ruang kerja sebuah kantor yang ada di seputaran Tugu Jogja, kantor kami, perbincangan spontan muncul antara kami berdua.

Siang tadi setelah sebelumnya mengikuti pengajian di tempat kerja kami, sesaat sebelum beraktifitas kembali ke meja kerja, Saya sempat klik jejaring sosial.

Ada diskusi hangat disana. Beberapa tokoh lapangan dari perusahaan kami beradu argument di sebuah grup .

Intinya, ternyata banyak sekali dari kita lebih cepat menyimpulkan masalah tanpa melihat sejarah, lebih cepat menghakimi tanpa mencari saksi.

Dan beberapa hasil dari itu semua adalah kekecewaan , sakit hati dan sebagainya.

Ada sebagian dari kita bisa marah, memojokan siapa saja dan menganalisa sebuah masalah secara berlebihan.

Namun yang lucu adalah, di jejaring sosial tadi, ada yang menyajikan solusi atau jalan keluar bagi sebuah permasalahan namun tidak paham atas akar masalah yang ada.

Ustadz, sahabat senior Saya tadi menyampaikan,  itu seperti dua orang dokter gigi yang sedang berusaha memperbaiki kendaran tua.

Ya…” Jaka Sembung “ alias tidak nyambung.

Ustadz ini menyampaikan dengan sedikit bahasa yang agak berat, sehingga penulis jadi terpengaruh agak memutar cukup panjang untuk “ to the point”  pada tujuan tulisan ini.

Intinya, hidup ini harus dijalalani dengan ikhlas-tanpa pamrih. Jalankan semua aktifitas karena Alloh SWT semata ( Tuhan Kami )

Kalau sudah pada tahap itu, maka kata beliau….. semua masalah menjadi tidak berat.

Belum punya tabungan banyak, atau belum punya harta lebih.. bahkan belum gajian pun menjadi tidak maslah.

Karena segala hal kita tujukan pada proses pengabdian pada Tuhan Kita.

Masalahnya : Mungkinkah kita bisa melakukannya ? kalau bisa ikhlas atau sabar, apakah itu tanpa batas ?

Apapun itu, patut kita coba.

Terima kasih Ustadz.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun