Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Suka Duka Menjadi Penulis Bayaran

23 Maret 2015   01:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:16 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="220" caption="Lagi ngitung hasil bayaran nulis"][/caption] Sebenarnya ini rahasia dapur yang tak boleh dibeberkan. Tapi karena tuntutan untuk saling berbagi maka saya tuliskan di sini. Sebagai penulis bayaran sih sebenarnya banyak sukanya. Apalagi yang kita dukung menang menjadi sesuatu yang diskenariokan. Misalnya kita menulis dan mendukng pak  Jokowi untuk menjadi Gubernur kemarin saat pilgub. Nah tujuan berhasil cair dech bayarannya. Nah kemarin juga karena berhasil jadi presiden cair juga bayarannya. Tapi kalau yang kita dukung kalah. Ya apa yang mau dibayar, gak dimaki-maki saja udah syukur. Belum lagi kalau tulisan kita isinya fitnah untuk memenangkan seseorang bayarannya pun dobel nantinya di akherat dapat juga berupa bogem mentah dari malaikat penjaga neraka hiii..serem. Nah ini dukanya sakitnya tuh di sini nyesek banget kalau sebagai penulis bayaran jagoan yang mau membayar kalah akhirnya tidak jadi dibayar dech. Tarif sebagai penulis bayaran itu berbeda-beda tergantung tingkat kepopuleran si penulis. Semakin populer dan semakin pakar maka bayarannya akan semakin muahal. Belum lagi kalau si penulis juga merupakan penggiat LSM dan bisa mendatangkan masa untuk demo lebih banyak lagi penghasilannya. Masa panen penulis bayaran sudah lewat. Ah enggak juga, masih ada saja yang meminta untuk dituliskan sesuatu dan membayar tulisan penulis bayaran. Sebagai penulis bayaran panen akan tetap datang. Bentar lagi job baru akan berdatangan lagi, karena akan diadakan Pilkada serentak. Wah orderan sudah menunggu. Tapi jangan salah pilih klien kalau kalah bisa apes. Penulis bayaran harus punya insting yang tajam agar hanya menerima calon yang punya kans kemenangan yang tinggi. Jangan asal dukung. Salah dukung bisa malu sendiri dan reputasi menjadi penulis hebat akan hancur berantakan. Tarif sebagai penulis bayaran tidak ada patokannya, bisa tergantung negosiasi, tapi biasanya berdasarkan banyaknya jumlah pembaca dan seberapa besar tingkat keterbacaan dari artikel itu. Semakin tinggi tingkat keterbacaannya maka bayarannya pun akan semakin besar.  Bayangkan jika $ 1/hit berapa pundi-pundi yang dikumpulkan. Kalau di Kompasiana ini tarif penulis bayaran paling besar jika artikelnya bisa masuk ke Tranding Artikel, karena biasanya artikel yang menjadi TA akan mendapatkan hits yang lumayan banyak. Makanya penulis bayaran yang artikelnya masuk ke kolom TA akan selalu sumringah hehehe. Nah begitu saja dech curhatan saya untuk kali ini, udah ngantuk soalnya, bagi yang masih penasaran besok disambung lagi ya, wkwkwkw... Salam Kompasiana. Sumber gambar: di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun