[caption id="attachment_379141" align="aligncenter" width="600" caption="SBY dan Jokowi/Kompas.com"][/caption] Acara komedi yang sering saya tonton di Metro TV adalah Sentilan-sentilunnya Pak Butet Kartaredjasa dan Slamet Raharjo. Dua tokoh ini selalu mengocok perut saya dengan sential dan sentilunnya yang cerdas dan berbobot. Nah, ternyata sentilan (sindiran red)  dipakai juga di kalangan atas. Ini terbukti dari mantan presiden RI ke-6 Bapak SBY yang melakukan sentilan melalui akun twitternya. Sentilannya tak lain ditujukan untuk presiden ke-7, yaitu bapak Joko Widodo. Tak ayal, sentilan itu berbalas sentilun dari pak Jokowi. Suatu yang menurut saya geli tapi  terjadi. Ternyata, saling menyentil atau menyindir itu bukan hanya terjadi di sahabat saya di fb atau di twitter yang notabene orang-orang biasa. Ternyata, orang selevel presiden juga melakukannya. Ya, memang hak mereka. Seperti artikel di Kompasiana ini juga ada hak jawab. Jadi jika ada perbedaan pendapat dan saling sindir di tulisan atau artikel itu lumrah dan dipandang cukup berkelas karena tulisan dijawab dengan tulisan. Berikut ini cuitan SBY melalui akun twitternya yang saya ambil dari akun facebooknya mbak Fera Nuraini seorang kompasianer yang jadi BMI di Hongkong. [caption id="" align="aligncenter" width="222" caption="Cuitan pak SBY (sumber:twitter.com)"][/caption] Cuitan tersebut berbunyi: "Dlm Politik,pencitraan itu biasa. Tapi, jika sangat berlebihan bisa menurunkan kepercayaan rakyat."Angkuh terbawa,tampan tertinggal"*SBY*. Sentilan pak SBY ini sepertinya menceritakan pengalaman atau curhatan pribadinya. Dimana dulu beliau sangat over dalam pencitraan. Sehingga cara berbicara dan gerak-geriknya sangat diatur. Juga make up nya jika akan tmpil di depan umum harus sempurna. Bahkan sampai disewa ahli kebribadian dari luar negeri konon untuk melatih pak SBY. Jika diamati dari screenshoot itu ada jawaban yang membuat perut saya sakit yaitu jawaban dari akun @beben di twitter yang mengatakan "@SBYudhoyono Bapak yang memulai kan? #Indonesia. Ya, itulah jawaban polos dari akun @beben yang menurut saya sangat menohok bapak mantan presiden ke-6 ini. Ternyata, sentilan berbalas sentilun. Tak berapa lama Jokowi melalui akun facebooknya melakukan balasan dari akun facebooknya. Entah Pak Jokowi sendiri yang membuat atau staf kepresidenan. Tapi, akun ini memang selalu dipakai oleh pak Jokowi. [caption id="" align="aligncenter" width="514" caption="Status Pak Jokowi dari akun Facebooknya (sumber:screnshoot facebook.com)"][/caption] Balasan dari pak Jokowi ini cukup elegan menurut saya dan memang seperti itulah realitasnya di lapangan. Berikut ini status beliau yang saya kutip langsung dari akun facebooknya. Basis kepemimpinan dalam demokrasi adalah kepercayaan, dan kepercayaan itu dibangun diantaranya oleh rekam jejak, ketulusan hati dan kesungguhan dalam bekerja. Beda antara kepemimpinan yang dipercaya dengan kepemimpinan tirani, kepemimpinan yang dipercaya diperoleh melalui kesadaran rakyat atas tujuan tujuan negara, sementara kepemimpinan tirani adalah membungkam kesadaran rakyat bisa itu dengan bayonet atau pencitraan tanpa kerja. Dan dalam kepemimpinan saya hal paling penting adalah membangun kepercayaan rakyat dengan kesadaran penuh bahwa ada tujuan-tujuan besar negara ini menuju kemakmuran Indonesia Raya. Jadi, ternyata sentilan dan sentilun itu bukan hanya konsumsi rakyat jelata. Namu,  pemimpin dan para politikus juga sering melakukannya. Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H