Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Seandainya yang Jadi Presiden Bukan Jokowi

16 Desember 2014   15:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:12 2172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Artikel ini hanya berandai-andai saja. Namanya juga berkhayal dan bermimpi siapa yang melarang. Jadi tak ada yang boleh marah dengan artikel ini. Tapi kalau marah ya marah saja. Paling-paling kalau anda jengkel akan melempar gadget atau laptop anda dan anda sendiri yang rugi.

Awas (ini peringatan bukan doa) bagi yang rentan terhadap hipertensi dan serangan jantung silakan skip artikel ini. Sudah saya ingatkan dari awal jadi jangan salahkan saya kalau anda masih juga membaca artikel ini. Dari awal sudah saya ingatkan.

Pada tanggal 20 Oktober 2014 pasangan pemenang pilpres dilantik menjadi presiden dan wakil presiden. Tidak ada pesta yang meriah karena dilarang oleh salah satu Partai pendukungnya karena mubazir lebih baik untuk perbaikan perekonomian rakyat. Pelantikan juga sangat sederhana karena misi dan visi pasangan ini adalah menutup segala kebocoran anggaran.

Tidak ada konvoi dan pawai arak-arakan semuanya lengang berjalan seperti tidak ada apa-apa. Capres yang kalah juga tidak hadir karena menurut kebiasaan ngapain hadir kalau sudah kalah malah bikin malu saja. Ya semua rakyat bekerja seperti biasa tak ada yang istimewa pada hari itu.

Nah, setelah dilantik seperti biasa rakyat seperti tak punya presiden seperti jaman sebelumnya negara seperti autopilot. Rakyat miskin ya tetap miskin yang kaya tambah kaya. Karena minyak mentah dunia turun presiden baru menurunkan harga BBM yang tadinya Rp 6.500,- menjadi Rp 4.500,-.

Ini membuat para orang kaya senang karena bisa memperbanyak kendaraan pribadi karena BBM sangat murah. Jalan pun tambah macet dan semrawut. Sementara rakyat miskin juga ikut-ikutan kredit kendaraan dan menjuali sawah dan ladangnya untuk ditukar mobil dan motor. Akhirnya mereka tak punya sawah dan sudah jadi perumahan mewah untuk orang-orang kaya. Maka tak pelak negara kita mengimpor dari negara lain untuk mencukupi kebutuhan pokok.

Hutang luar negeri akan semakin banyak dan lama-lama tidak mungkin terbayarkan. Biarlah nanti presiden di tahun 2019 yang memikirkan hutang itu. Sementara para anggota dewan tak ada yang open dengan rakyat. Yang penting mereka kenyang dan senang. Perduli apa dengan rakyat. mereka perduli saat mau pileg saja. Itupun mereka akan membuat UU bahwa gak ada pileg lagi yang ada pemilu biasa seperti jaman orba.

Nah, rakyat tenang tak ada yang ribut. Para pendukung Jokowi yang ribut-ribut langsung hilang dari peredaran. Mereka entah kemana hilang tanpa jejak. Tak ada pengusutan dan penyelidikan hilang begitu saja. Mungkin mereka akan membuat fanpage di media sosial, tapi kemungkinan itu sangat kecil.

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun