Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ruhut Tuduh Alat Sadap Jokowi Buatan PDIP Sendiri

21 Februari 2014   12:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:36 1892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruhut Sitompul (sumber foto:kompas.com)

Ruhut Sitompul (sumber foto:kompas.com)

Sebenarnya saya sudah males nulis tentang orang yang satu ini. Betapa tidak kadang ucapan yang keluar bukan menentramkan hati rakyat malah membikin emosi rakyat. Katanya wakil rakyat tapi kok dibenci rakyat. Sepertinya orang yang satu ini tidak akan terpilih lagi menjadi anggota dewan.

Terkait penyadapan di rumah gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Ruhut berkomentar yang malah mencurigai internal PDIP sendiri yang melakukan penyadapan seperti yang saya kutip dari kompas.com berikut ini:

"Ah, itu sih sudahlah, paling-paling hanya bikinan PDI-P saja itu," kata Ruhut di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta (20/2/2014).

Jika benar memang terdapat alat sadap di rumah dinas Jokowi, Ruhut curiga pihak PDI-P yang memasangnya. Menurut Ruhut, kecil kemungkinan jika intelijen yang memasang alat itu.

"Takutnya aku, PDI-P itu yang pasang sendiri, jangan mengambingkan (kambing hitamkan) intelijen. Enggak lah (kalau intelijen)," ujar anggota Komisi III DPR itu. (Sumber:kompas.com)

Pihak Jokowi atau PDIP memang belum menunjukkan alat sadap yang ditemukan itu. Bahkan Ruhut menuduh bahwa ini hanya pengalihan isu atas peristiwa walikota Surabaya Tri Rismaharini yang akan mengundurkan diri dan bersitegang dengan wakilnya yang notabene dari PDIP sendiri.

Tuduhan Ruhut hampir sama dengan tuduhan para Jokowi hater yang mengatakan bahwa semua yang terjadi dari diri Jokowi adalah rekayasa media agar Jokowi terkenal dan elektabilitasnya meningkat. Ruhut juga mengejek bahwa PDIP adalah jeruk makan jeruk. Entah apa maksud perkataan anggota dhewan yang terhormat ini.

Tapi biarlah dia berkata-kata sesuka hatinya mungkin masih bisa bercakap mulutnya. Nanti kalau mulutnya sudah tidak bisa bercakap baru tahu rasa dia. Bagi kita yang berpikiran positif hanya bisa geleng-geleng kepala dan mengurut dada serta tertawa getir dengan tingkah laku para wakil rakyat yang dibayar pakai uang rakyat ini.

Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun