Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Badar la Amin Rais Pemicu Disintegrasi Bangsa

1 Juni 2014   11:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:52 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amin Rais (Sumber foto : kompas.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="562" caption="Amin Rais (Sumber foto : kompas.com)"][/caption]

Saya tak heran kalau Amin Rais seorang politikus kawakan ucapannya sering aneh-aneh. Perlu dimaklumi bahwa pola pikirnya sudah tak murni untuk kepentingan bangsa dan negara. Selain ambisi yang masih ada dipikirannya juga kebenciannya kepada Jokowi yang membuncah.

Saya juga tak heran bahwa Pilpres sebagai ajang untuk memilih pemimpinnya melaui pesta demokrasi disebut sebagai perang. Wong kita mau pesta dan senang-senang dalam demokrasi malah disuguhi ucapan Amin Rais tentang perang badar.

Sungguh naif menyamakan pesta demokrasi seperti pilpres ini sebagai perang badar. Rakyat sekarang sedang belajar berpolitik yang santun namun elitnya mendidik dengan tidak santun sama sekali.

Mungkin warga diakar rumput tetap saling menghargai dan tak pernah gontok-gontokan. Warga yang adem ayem ini malah direcokin dengan istilah perang badar untuk memicu ketegangan umat. Sungguh saya malu melihatsepak terjang Amin Rais yang katanya sebagai toko reformasi.

Istilah perang apapun sebenarnya tak layak dilabelkan pada pilpres ini. Kita mendambakan pilpres yang damai antar sesama pemeluk umat beragama di bumi pertiwi ini. Sungguh sanagat tidak tepat istilah perang badar yang menunjukkan peperangan antara umat Muslim dan Non Muslim digunakan di Pilpres ini.

Ah semoga saja tidak, rakyat sudah bisa membedakan mana ucapan kakek-kakek yang sudah pikun dengan ucapan politikus yang benar-benar yang bijaksana.

Salam damai selalu.

Sumber berita di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun