Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pak Rektor Sebaiknya Tembok Ini Dijebol Saja

10 Desember 2014   00:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:39 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignnone" width="526" caption="Macet parah di gerbang Kampung Susuk USU (docpri)"][/caption] Macet parah tiap pagi dan sore di pintu gerbang "tidak resmi" kampus USU. Bagi sivitas dan alumni USU pasti tahu ada 4 gerbang masuk USU yang resmi yaitu pintu 1 sampai pintu 4. Pintu 1,4 boleh untuk masuk dan keluar sedangkan pintu 2 hanya untuk keluar dan pintu 3 hanya boleh untuk masuk. Pintu 1 letaknya di dekat fakultas kedokteran, pintu 2 dekat dengan kebun binatang USU, pintu 3 dekat bank Sumut dan pintu 4 dekat dengan bank BNI cabang USU. Semua pintu itu ada di jalan DR.Mansur. Tapi selain pintu itu ada 2 pintu lagi yang tidak resmi yaitu pintu Sumber di jalan Jamin Ginting  dan pintu Kampung Susuk di Jl. Abdul Hakim. Nah di jalan Abdul Hakim ini banyak rumah-rumah kost mahasiswa dan sering dilewati becak sehingga mengganggu mahasiswa yang berjalan kaki maupun yang naik kendaraan roda 2. Jika becak dengan becak saling "laga kambing" atau berhadap-hadapan bakalan macet parah dan sangat alot jika kedua abang becak tak mau mengalah. Bahkan sepeda motor juga saling menyosorkan "moncong" kendaraan mengambil jalur kanan. [caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="Mana bisa lewat kalau kayak gini (docpri)"][/caption] Wal hasil macet dan sangat terganggu para pejalan kaki dan Mahasiswa juga para pemakai jalan pintas yang mengendarai motor seperti saya juga sangat terganggu. Kadang mahasiswa banyak telat masuk ke kampus gara-gara macet di jalur gerbang tak resmi ini. Mohonlah kepada bapak Rektor USU agar memerintahkan aparatnya untuk menjebol tembok ini agar lebih lebar supaya becak bisa berpapasan. Atau kalau memang tidak diizinkan buatlah seperti di simpang Sumber dengan palang besi sehingga becak dan mobil tidak bisa masuk. Hanya motor dan pejalan kaki yang diizinkan lewat, sehingga kemacetan tidak terjadi lagi. Semoga unek-unek salah seorang alumninya ini bisa didengarkan. Salam Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun