Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pak Jokowi Luruskan Salah Paham Mobnas

12 Februari 2015   06:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:22 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo saat tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Selasa (10/2/2015) dini hari setelah melakukan kunjungan negara ke Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina/ KOMPAS.COM

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Presiden Joko Widodo saat tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Selasa (10/2/2015) dini hari setelah melakukan kunjungan negara ke Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina/ KOMPAS.COM"][/caption] Walau sudah berkali-kali pak Jokowi membantah tentang Proton yang akan dijadikan mobnas alias mobil nasional. Namun para "pecinta" Jokowi masih saja mencecar dan menyudutkan pak Jokowi bahwa beliau akan menjadikan Proton sebagai mobnas. Walhasil kembali terjadi kebisingan informasi yang menjadi polemik dan perang opini yang cukup seru dan saru untuk diikuti. Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa perjanjian kerja sama antara Proton dan PT Adiperkasa Citra Lestari bukan ditujukan untuk pengembangan industri mobil nasional. Setelah dikritik banyak pihak,Pak Jokowi meluruskan bahwa apabila dirinya hendak memajukan mobil nasional, dia akan mengangkat Esemka. "Kalau bicara mobil nasional, tentu saya akan bicara Esemka," kata Jokowi saat tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Selasa (10/2/2015) dini hari. (Baca di sini). Mayoritas orang-orang yang salah kaprah dan salah faham ini memang sengaja menyalahkan dan mengkaprahkan. mereka-mereka inilah yang sengaja menyebarkan plintiran-plintiran berita yang sejatinya bukan pak jokowi akan menjadikan Proton sebagai mobnas. Tapi hanya sebatas kerjasama seperti kerjasama perdagangan biasa dengan produser dari negara Jepang maupun China. Tapi kalau sudah kadung "benar-benar cinta" ya memang susah untuk diluruskan. Untuk meluruskan kayu yang sudah bengkok lebih susah dibanding besi bengkok. Kalau besi bengkok diluruskan bisa kembali lurus walaupun harus dipukul dan dibakar di api seperti pandai besi. Tapi kalau kayu yang bengkok kalau diluruskan malah patah-patah. Kini di media sosial mereka menjelma menjadi "OBOR RAKYAT" yang tumbuh subur di musim hujan seperti jamur yang bikin gatal di selangkangan. Tak cukup dibasmi dengan salep biasa harus dibasmi sama induk-induknya sekalian baru jamurnya itu hilang. Itulah fenomenanya sekarang, apapun kebijakan pak Jokowi akan diplintir di media sosial milik mereka yang telah menjelma Obor Rakyat milik pribadi-pribadi yang merindukan pemimpin yang lebih baik dari pak Jokowi. Saya teringat slogan iklan obat anti nyamuk, "yang lebih baik...? yang lebih nakal banyak". Begitulah kata-kata iklan obat anti nyamuk yang saya ingat hehehe. Kembali ke mobnas, kata Pak jokowi beliau lebih memilih ESEMKA untuk dijadikan mobnas ketimbang yang lain. Sedangkan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan, telah terjadi kesalahpahaman atas kerja sama Proton dengan PT Adiperkasa Citra Lestari yang disebut terkait mobil nasional. Menurut dia, kesalahpahaman itu terjadi karena adanya perbedaan istilah "mobil nasional" dalam bahasa Indonesia dan bahasa Melayu. "Memang tadi kata-kata namanya national car di belakang kali, perkara beda bahasa Melayu dengan Indonesia saja. Serupa tapi tak sama, dia pengertiannya beda," ujar Gobel di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (10/2/2015). (Baca disini). Walau berkali-kali dibilang ada kesalahpahaman bahasa dan yang lainnya tetap saja pak Jokowi dituduh "ngeles" dan tetap saja para "pecinta buta" pak Jokowi itu melakukan propaganda ala obor rakyat. Walau sampai berbuih dan berbusa menerangkannya tetap saja salah. Jadi untuk menghadapi orang seperti itu tak usah ikutan emosi. Artikel terkait: - Artikel 1. - Artikel 2.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun