Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Masih Bangga Pakai Software Bajakan

19 April 2015   07:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:55 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penjualan piranti lunak bajakan (Reuters/Aly Song)

[caption id="" align="aligncenter" width="530" caption="Ilustrasi penjualan piranti lunak bajakan (Reuters/Aly Song)"][/caption] Dulu jaman saya membeli komputer atau laptop saya tidak tahu kalau yang saya bayar itu hanya hardwarenya saja. Ternyata software yang ada di dalamnya seperti Windows dan Microsoft Office itu harus juga dibeli dan dibayar. Namun karena si penjual tidak menjelaskannya ya akhirnya asyik-asyik aja. Setelah heboh adanya razia ssoftware bajakan beberapa waktu yang lalu. Juga di bandara jika kita membawa laptop yang softwarenya bajakan bakan berurusan dengan bea cukai di bandara. Barulah batin ini tersentak bahwa selama ini yang saya pakai adalah software bajakan alias ilegal atau kasarnya saya telah mencuri. Mungkin pembaca juga pernah mengalami  Windowsnya saat diinstalll ulang warnanya hitam dan tertulis disebelah kanan bawah ada tulisan not gunuine yang kira-kira artinya software kita tidak asli alias bajakan. Apa akal akhirnya mencari serial number yang berserakan di internet yang disebar oleh orang yang berusaha membantu namun dengan cara yang salah. Artinya dia juga menyebarkan barang curiannya sehingga saya bisa memakainya juga. Bosan dan ingin berubah dari aksi penggunaan software bajakan akhirnya kantor membeli software dari Microsoft itu dengan harga yang tak murah. Para dosen dan staf akhirnya bisa memakai software berlisensi yang dibayari oleh mahasiswa. Kadang sedih juga sih saya dibayari mahasiswa yang terkena beban membayar software dari Microsoft itu. Setiap mahasiswa dikenakan biaya Rp 1.200.000,- saat pertama masuk di awal kuliah. Saya jadi berpikir, kenapa kita tidak pakai software yang bebas dan gratis tapi berlisensi seperti Linux dan Open Office. Memang pertamanya ribet memakainya namun lama-lama jadi terbiasa. Akhirnya kini saya sudah beralih ke Linux dan Open Office (pengganti microsoft office). Saya berusaha menyebarkan ini kepada mahasiswa saya. Walaupun mereka sudah membayar lisensi tapi saya mencoba melepaskan mereka dari jerat membayar kepada Microsoft itu. Kenapa saya katakan jerat? Ya awalnya kita dimanjakan dengan Windows yang kita kira itu gratisan. Akhirnya setelah kita keenakan disuruh membayar. Memang sih mau tak mau karena kebutuhan akhirnya kita membayar juga. Kalau dihitung-hitung berapa trilyun anggaran yang bisa dihemat oleh negara jika semua Kampus dan instansi pemerintah tidak usah pakai Microsoft tapi pakai Linux yang tidak perlu membayar. MEmang sih awalnya berat, namun lama-lama kita jadi terbiasa dan akhirnya tambah pintar. Bayangkan linux yang dari dulu sampai sekarang masih terus berkembang karena sifatnya yang open source dan siapa saja bisa mengembangkannya. Dan tahukah anda bahwa android yang sekarang merajai gadget itu awalnya dari linux. Makanya android akan diramalkan merajai Sistem Operasi gadget di seluruh dunia. Ya karena itu sistemnya terbuka dan siapa saja bisa mengembangkannya. Dengan artikel ini saya mencoba mengajak para pembaca dan para sahabat Kompasianer yang masih sampai saat ini memakai software bajakan dan belum membeli lisensi dari Microsoft untuk sedikit demi sedikit beralih ke software yang free dan open source seperti Linux dan Open Office agar tidak terbuai dengan memakai barang bajakan yang tidak disadari ternyata tidak berkah. Salam Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun