Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Makian dengan Menyebut Alat Kelamin Hanya Berlaku di Indonesia

31 Agustus 2013   08:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:34 2292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (IMG-KOMPAS/WISNU WIDIANTORO)

[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="Ilustrasi (IMG-KOMPAS/WISNU WIDIANTORO)"][/caption]

Saya sangat khawatir sekali dengan anak-anak sekolah yang mau mengeluarkan kata-kata makian dengan menyebut alat kelamin. Sering saya mendengar dikerumunan anak-anak sekolah ketika di sebuah warnet. mereka mengucapkan kata itu berulang kali tanpa jengah saat bermain game dan kesal karena kalah.

Saya sebagai orang tua sangat mewanti-wanti dan berusaha keras agar kata-kata makian itu tidak diadopsi oleh anak-anak saya. Alhamdulillah mereka bisa saya beri pengertian mana kata-kata yang tak bagus dan tak boleh diucapkan.

Fenomena makian dikalangan anak-anak dan remaja bahkan orang tua yang menyebut alat kelamin dan anggota badan yang lain hampir selalu kita dengar. Bahkan di rumah tangga sering kali orang tua memaki anaknya sendiri dengan berbagai macam isi kebun binatang dan juga alat-alat kelamin. Miris sekali saya mendengarnya. maka tak ayal, anak-anak yang sering mendengar dan dimaki dengan kata-kata itu akan dengan mudah menggunakan kata itu untuk memaki temannya atau orang lain.

Fenomena ini juga terjadi di blog keroyokan Kompasiana yang kita cintai ini. Betapa tidak sebagai salah seorang kompasianer terverifikasi saya sangat menyayangkan dengan kejadian ini.

Seorang kompasianer terverifikasi yang juga seorang pengajar jurnalis cilik yang tulisannya sudah diterbitkan di banyak media cetak maupun online.Tergelincir lidah dan jari menulis komentar kasar dan makian dengan menyebut alat kelamin.

Maaf sebelumnya, artikel ini bukan fitnah atau bukan sebagai pembunuhan karakter terhadap kompasianer itu. Karena artikel ini muncul akibat perbuatannya sendiri.  Artikel ini saya tulis sebagai peringatan untuk diri saya sendiri agar menggunakan media kompasiana secara sehat dan bertanggung jawab.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya sebagai sesama kompasianer terverifikasi, merasa terpanggil untuk menuliskan hal ini. Sebagai bahan renungan dan juga pembelajaran bagi saya pribadi dan mungkin bari rekan-rekan kompasianer.

Kita disini statusnya adalah sama. Sebagai penulis dan sekaligus pembaca. Maka tak heran jika ada tulisan atau komentar sesama teman kompasianer itu menjadi inspirasi bagi teman yang lainnya itu biasa dan sangat bagus menurut saya.

Screenshoot Komentar tak senonoh (sumber).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun