[caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="img - merdeka.com"][/caption]
Sepertinya kursi presiden negara ini "lowong", karena pemiliknya sering meninggalkan kursi itu untuk mengurus dan menduduki kursi yang lain. Kursi wakilnya juga sama tak pernah kedengaran apa gebrakannya. Sepertinya rakyat sudah menggaji orang-orang yang bekerja tapi juga melakukan pekerjaan sambilan yang lebih diutamakannya ketimbang mengurus rakyat. Seorang PNS saja yang ketahuan tidak bekerja dan lebih mengutamakan pekerjaan sampingannya akan dikenakan sanksi yang keras dan bahkan bisa dipecat.
Sepertinya negeri ini berjalan bagai pesawat terbang dengan autopilot, tanpa kendali dan arah yang jelas jika nasib baik akan menuju landasan yang aman, jika nasib buruk akan mengarah kelautan lepas atau menabrak gunung dan jatuh berkeping-keping dengan kehancuran dan kematian seluruh penumpangnya. Seperti kejadian pesawat sukhoi yang menabrak gunung salak, konon kabarnya sang pilot mengaktifkan program autopilot untuk sekedar bersenang-senang dengan para pramugarinya yang cantik-cantik.
Terlalu naif memang jika saya samakan negara ini dengan pesawat terbang, tapi itulah realita yang sedang terjadi di negeri yang kita cintai ini. Disaat-saat mendekati landasan dan akhir masa jabatan SBY terkena power sindrom sehingga mencari jabatan untuk mengisi kesenangan nanti saat lengser ke prabon.
Tapi etiskah itu dilakukan saat negara ini butuh pemimpin yang bisa mengayomi dan menjawab segalah keluhan dan kesusahan rakyatnya. Dan bukan rakyat yang malah selalu mendengar keluhan dan curhatan presidennya. Memang susuatu hal yang tak wajar sepertinya bumi menjadi langit dan langit menjadi bumi.
Jangan heran jika secara tidak langsung rakyat mengelu-elukan sosok yang diimpikan dan diidamkan menjadi pelipur lara dan luka selama ini. Sosok itu sudah ada di depan mata. Seorang Jokowi yang sekarang sudah menjadi gubernur DKI siap mengisi kehausan rakyat akan pemimpin yang ideal dan dekat dengan rakyatnya.
Tak salah rakyat kecil seperti saya menaruh harapan akan mempunyai sosok presiden yang mirip Umar bin Khattab, yang memanggul gandum untuk rakyatnya di tengah malam buta. Dan bukan mimpi saya sebagai rakyat kecil berharap Indonesia bangkit bersama dengan pemimpin yang betul-betul mengabdi kepada rakyatnya. Bukan mengabdi kepada kroni, keluarga maupun partainya saja.
Sebagai rakyat sepertinya geram dan hanya bisa menggigit bibir, walau perih terasa kadang darah sampai tertelan lagi melihat negeri yang seperti tanpa pemimpin ini.
Semoga harapan dan mimpi ini menjadi harapan dan mimpi kita semua.
Salam - Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H