[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Jokowi-JK Presiden dan Wapres Terpilih 2014 - 2019 (Sumber foto: Kompas.com)"][/caption] Tanda-tanda kemenangan Jokowi dan kekalahan Prabowo di MK sudah nyata di depan mata. Banyak yang mencibir bahwa kita harus menunggu MK itu sah-sah saja. Namanya juga cibiran. Seperti saat saya menulis artikel tentang Jokowi apakah dicapreskan oleh ibu Mega atau tidak. Banyak yang mencibir artikel saya. Tak kurang mereka-mereka itu mengolok-olok para Jokowi lover di Kompasiana. Akhirnya apa? Jokowi memang diinginkan rakyat Indonesia terbukti telah ditetapkan KPU memenangi pilpres dengan 53% lebih suara untuk kemenangan Jokowi-JK. Bahkan di FB dan medsos banyak mengolok bahwa Jokowi itu nabi para Jokowi lover. Sungguh tuduhan naif dengan keirian dan kedengkian tingkat tinggi. Sudah banyak yang menulis kenapa pendukung Prabowo terutama dari kalangan PKS sangat membenci Jokowi. Dengan fitnah-fitnah keji seakan mereka yang benar sendiri. Kemenangan Jokowi-JK di MK sudah diawali dengan banyaknya kejanggalan dan sikap mencla-mencle kubu Prahara. Saat detik-detik pengumuman di KPU Prabowo berapi-api berpidato menarik diri dari pilpres karena merasa dicurangi. Tapi kenapa baru detik-detik terakhir merasa dicurangi? Keanehan lain lagi bahwa tuntutan yang dibuat sepertinya terburu-buru karena dikerjakan di detik-detik terakhir. Berarti keyakinan menang sudah mereka miliki sehingga ketika kalah sangat terguncang dan buru-buru membuat tuntutan yang banyak kekeliruan. Selain itu suara yang disengketakan juga sangat lucu tidak sampai 100% dan selisihnya juga sangat kecil untuk disengketakan. Bahkan sangat mustahil bisa dinyatakan sebagai pemenang karena bukti-bukti kecurangan yang katanya 10 truk hanya tinggal 3 bundel saja. Lalu mereka menyebar opini bahwa KPU sudah curang dengan membongkar kotak suara. Padahal kotak suara itu tidak dibongkar tapi dibuka secara wajar karena memang hak KPU untuk membukanya. Kotak suara itu memang milik KPU. KPU juga harus mengawasi jangan-jangan ada dukun yang bisa menggandakan isi kotak suara hehehehe. Walau MK belum mengumumkannya seperti dulu KPU belum mengumumkan tapi quick count yang kredibel sudah menunjukkan kemengan Jokowi JK. Demikian juga saat tuntutan di MK tanda-tanda itu telah nyata ditunjukkan dengan adanya informasi yang terbuka di jaman internet ini. Siapa saja bisa mendownload berkas tuntutan kubu prahara di website MK. Walau tuntutan itu sudah direvisi namun kejanggalan dan kesalahan tetap saja masih terjadi dan masih ada. Bahkan sepertinya perbaikannya juga terkesan buru-buru. Mungkin karena tim kuasa hukumnya juga kerjanya tidak solid. Belum lagi ritual dukun yang sengaja diekspos di media. Entah untuk apa mereka mengekspos dukun. Hanya sebagai bahan lawakan atau sebagai pamer kekuatan dukun. Padahala kalau dukun yang asli cara kerjanya tak perlu di ekspos media. Cukup disantet dari jarak jauh maka habislah orang yang disantet itu. Itu kalau dukunnya benar-benar sakti mandraguna ya. Apakah urusan MK ini akhir dari sengketa pilpres yang tim Prahara ciptakan? Apakah Prabowo akan legowo dan siap kalah seperti yang digembor-gembirkan? Kita berharap ya. Pak Prabowo sebenarnya legowo. Yang tidak legowo itu adalah para pendukungnya yang berharap mendompleng kemenangan Prabowo. Saya rasa pak Prabowo sebenarnya sudah legowo sejak awal quick count jika tidak ada quick count abal-abal yang diciptakan oleh timses yang mecoba mengelabui pak Prabowo. Saya sebenarnya sangat kasihan dengan pak Prabowo. Jika pak Prabowo kalah di pilpres ini ada harapan bisa mencalonkan diri pada pilpres tahun 2019 nanti. Atau mencoba keberuntungan dengan mengikuti pilkada di daerah yang memenangkan beliau seperti menjadi gubernur di Sumatera Barat atau di Jawa Barat. Dengan membuktikan kepemimpinan di daerah bisa menjadi track recordnya untuk bisa mengikuti pilpres tahun 2019 nanti. Tapi sayangnya pak Prabowo dan timnya jarang mau membaca kompasiana dan jarang mau mengikuti opini-opini dan nasehat-nasehat brilyan dari kompasianer seperti Ninoy karundeng, Ellen Maringka Pakde Kartono,pak Sutomo Paguci,mbak Ilyani,mbak Niken,mas Suko Waspodo, mbak Ifani,mbak Mike,mas Elde dan  banyak lagi kompasianer yang mencoba memberi nasehat. Malah kadang nasehat para Jokowi lover ini dianggap mengejek atau menghina. Padahal jika dipikirkan secara jernih dan tidak emosi mengandung pelajaran yang berharga. Ya sudah semoga pak Prabowo legowo dan siap kalah dengan keputusan  di MK nanti. Semoga beliau sadar bahwa beliau selama ini dikibuli dan diperalat oleh tim sukses dan pendukungnya yang hanya ingin memanfaatkan uangnya dan mengambil keuntungan jika beliau jadi presiden. Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H