Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Dipasangkan dengan Kambing Juga Pasti Menang

24 Maret 2014   00:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:35 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada iklan minuman yang sering kita dengar mirip-mirip dengan kasus cawapres Jokowi. "Siapapun Cawapresnya presidennya harus Jokowi..." Slogan  inilah yang membuat para petinggi partai diluar PDIP ingin berkoalisi dengan PDIP dan berharap menjadi cawapres. Tak tanggung-tanggung petinggi PKS yang masih menjabat gubernur Jawa Barat Aher malah kepingin berkoalisi dan rela jadi cawapres mendampingi Jokowi.

Padahal di sosial media dan dimana pun para simpatisan PKS banyak menghujat Jokowi dan selalu ingin menjatuhkan Jokowi dengan segala macam bentuk fitnah dan karangan fiksi mereka yang dibuat seakan-akan nyata. Tak terkecuali banyak Amin Rais yang sering menghujat Jokowi berharap Hatta Rajasa bisa menjadi cawapresnya, benar-benar panggung Politik tak tahu malu yang diperankan oleh mereka-meraka para oportunis itu.

Mungkin kalau SBY meminta Ruhut menjadi capres Jokowi maka Ruhut pun akan segera patuh dan dengan senang hati menerimanya. Maklumlah bagaimana sifat si Ruhut ini yang sering menjilat kepada SBY. Padahal kita tahu bagaimana sinis dan kasarnya hinaan Ruhut kepada Jokowi sejak Jokowi mengalahkan Foke dan menjadi Gubernur DKI sampai sekarang setelah dicapreskan oleh Megawati.

Dibalik kebencian kepada Jokowi dan PDIP ternyata para partai  yang ketakutan kalah dan tak bisa mencalonkan jagoannya jadi presiden, sudah memainkan peran-peran yang memalukan ini. Mereka tanpa tedeng aling-aling pengen menjadi cawapres mendampingi Jokowi. karena mereka tahu bahwa Jokowi dipasangkan dengan kambing sekalipun bakalan memenangkan pemilihan presiden 2014 mendatang. Apalagi elektabilitas Jokowi semakin meningkat tajam. Semakin mereka memainkan kampanye hitam di media maka semakin tinggilah elektabilitas Jokowi dan merupakan kampanye gratis untuk Jokowi.

Mereka tidak sadar bahwa kampanyr hitam atau berita buruk yang disebarkan dan tidak sesuai dengan kenyataan akan mengundang orang mencari tahu hal sebenarnya dan akhirnya orang yang tadinya tak mengenal jokowi ingin mengetahui siapa Jokowi dan akhirnya menjadi simpatik kepada Jokowi. Ini akibat berita yang disebarkan tidak benar dan membuat orang ingin mengetahu lebih jauh tentang Jokowi. Secara tidak langsung kampanye hitam mereka menaikan kepopuleran jokowi.

Setelah kampanye hitam kelihatan tak berhasil akhirnya mereka pilih jalan berdamai alias minta koalisi dan berharap bisa menjadi cawapres mendampingi Jokowi. Memang dalam politik itu sah-sah saja karena tak ada musuh abadi yang ada kepentingan partai saja. Dan dari sini kita bisa menilai partai mana yang hanya mementingkan dan mengejar jabatan...? Sedangkan kader dan simpatisannya ditipu mentah-mentah dengan kaderisasi yang memusuhi partai nasional. Namun setelah mereka kalah dan tak mungkin bisa menang malah elit partainya merengek-rengek dan membuat slogan baru dengan mengatakan sebagai partai terbuka dan bisa berkoalisi dengan siapa saja.

Jadi benar dugaan saya selama ini bahwa partai yang mengatas namakan agama hanya menjual ayat dan agamnya demi jabatan... Jika jualan ayat sudah tidak laku maka mencari pembenaran lain dengan mengusung sebagai partai terbuka agar bisa berkoalisi dengan partai nasional demi mendapatkan jabatan cawapres, menteri dan lainnya.

Salam Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun