[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="PK-AXC, Airbus A320-200 yang dioperasikan oleh maskapai Indonesia AirAsia, yang hilang sejak Minggu (28/12/2014). Registrasi PK-AXC bisa dilihat di bagian belakang fuselage (badan) pesawat. Foto diambil pada 7 September 2011 di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.(Sumber foto: Kompas.com)"][/caption] Walau saya bukan seorang teknisi penerbangan atau tamatan sekolah penerbangan namun sedikit banyak saya memahami seluk beluk bidang transmitter (pemancar gelombang radio). Saat kuliah di dulu saya mengambil jurusan Elektro Telekomunikasi. Maka di sini saya akan membahas perangkat ELT (Emergency Locator Transmitter) yang sangat vital jika pesawat mengalami kecelakanan. Alat ini berguna sebagai pemancar sinyal gelombang radio ke satelit dan dapat dipantau oleh Basarnas untuk menemukan segera bangkai pesawat yang mengalami kecelakaan. [caption id="" align="aligncenter" width="438" caption="ELT System Type ARTEX ELT C406-N (Sumbar gambar: docpri)"][/caption] Gambar diatas adalah penampakan dari komponn ELT (Emergency Locator Transmitter) yang terdapat pada pesawat terbang. ELT ini hanya akan aktif jika pesawat  mengalami benturan akibat kecelakaan baik di darat maupun di laut. Saya mendapatkan dokumen ELT ini dari sahabat saya yang bekerja sebagai Engineer pesawat terbang dan beliau tak mau dituliskan namanya . ELT dengan type Artex C406-N. Transmitter (ELT) Sistem Locator darurat dipasang untuk membantu penyelamatan personil menemukan pesawat jika ada kecelakaan. Hal ini dibuat untuk beroperasi di berbagai kondisi lingkungan dan tahan terhadap benturan yang disebabkan oleh berbagai jenis kecelakaan. Artex C406-N Emergency Locator Transmitter (ELT) system mempunyai bagian-bagian seperti yang terlihat pada gambar:
- Transmitter
- Integral battery pack
- G-switch
- Antenna
- ELT remote switch found on the left circuit breaker subpanel
- Cable assembly
- Buzzer
- Program adapter
- Antenna coaxial cable.
Saya akan membahas fungsi satu persatu dari komponen ELT diatas: (1) Transmitter atau Pemancar akan mengirim sinyal pada tiga frekuensi darurat 121,5, 243,0 dan 406,028 MHz. Pemancar mengirimkan sweep tone (nada alarm) di frekuensi 121,5 MHz dan 243,0 di waktu yang sama. Pada interval sekitar 50 detik, sweep tone akan berhenti dan 406,028Sinyal data MHz dikirim ke sistem deteksi satelit. Sweep tone akan mulai lagi setelah sinyal data 406,028 MHz. Transmisi 406,028 MHz akan terus selama 24 jam dan kemudian berhenti. Sinyal 121,5 dan 243,0 MHz akan berlanjut sampai baterai telah habis masa berlakunya. pemancar akan beroperasi dengan pesawat tenaga listrik, bila tersedia, atau dengan internal baterai.
(2) ELT terhubung ke FMS, ELT saklar remote, dan pesawat tenaga listrik dengan memanfaatkan kabel. ELT memiliki satu kabel koaksial yang menghubungkan ELT ke antena ELT.
(3) Baterai  empat buah type "D" Ukuran Lithium Mangan Dioksida sel yang terhubung dalam hubungan seri. Dioda dan sekering memberikan perlindungan kepada sel. Engineer harus selalu mengecek kondisinya jika perlu melakukan penggantian.
CATATAN: Baterai akan memberi daya ELT untuk  beroperasi selama 50 jam.
(4) buzzer ini ditemukan dekat dengan ELT dan memiliki suara keras untuk membiarkan orang tahu bahwa ELT diaktifkan.
(5) ELT antena adalah antena tunggal-masukan yang beroperasi pada 121,5, 243,0 MHz dan 406,028 frekuensi MHz.
(6) Program adapter akan menyimpan data identifikasi pesawat yang digunakan oleh ELT.
(7) The ELT Switch Remote digunakan untuk secara manual mengoperasikan ELT, melakukan uji operasi ELT dan memberikan indikasi visual yang menunjukkan ELT diaktifkan.
(8) The G-switch secara internal dipasang di pemancar ELT dan akan beroperasi pemancar dengan perubahan yang cukup dalam kecepatan dan arah.
Cara pengoperasi:
- Artex C406-N Darurat Locator Transmitter (ELT) Sistem dioperasikan secara otomatis oleh G-switch atau manual dengan ELT saklar remote. (1) The G-switch akan beroperasi dan mulai pemancar sebagai akibat dari perubahan mendadak dalam inersia yang sejajar dengan sumbu longitudinal dari pesawat dalam arah ke depan. (2) ELT saklar remote (SC045), di sirkuit pemutus subpanel kiri, digunakan untuk secara manual mengoperasikan pemancar ketika saklar pemancar diatur ke posisi ON.
- Ketika dioperasikan, ELT mentransmisikan pada frekuensi darurat dari 121.50 dan 243.00 MHz diwaktu yang sama dengan nada menyapu tiga menyapu-per-detik. Juga ELT akan mengirimkan data pada406,028 MHz sekitar 50 interval kedua. (1) Frekuensi  121.50 dan 243.00 MHz digunakan untuk mengirim sinyal locator yang dapat diikuti oleh orang-orang yang menerimanya. Frekuensi 406,028 MHz digunakan untuk mengaktifkan pelacakan satelit sistem. Sistem Artex C406-N terhubung dengan sistem navigasi pesawat sebagai serta sistem transponder. Ketika sistem ELT beroperasi, lokasi dan Jumlah ekor pesawat ditransmisikan pada frekuensi 406,028 MHz.
- Artex Sistem C406-N juga memiliki program analisis diri lengkap dengan rutinitas tes yang ditransmisikan pada daya menurun selama frekuensi 121.50, 243.00 dan 406,028 MHz. Tes urutan memeriksa sistem mikroprosesor, antena, dan pemancar. Urutan uji dimulai ketika saklar remote diatur ke posisi ON untuk satu detik dan kemudian pindah ke posisi ARM. Jika uji ELT menemukan masalah, ELT switch remote LED akan berkedip sesuai  kode untuk penanganan masalah (trouble shooting).
Berikut ini adalah dokumen yang harus diisi dari hasil pengecekan ELT sebelum pesawat boleh diterbangkan pilot. [caption id="" align="aligncenter" width="499" caption="INSPECTION DOCUMENT 44 (Sumber : docpri)"][/caption] Dari dua kejadian kecelakaan MH317 dan Air Asia QZ 8501 ini amat sangat disayangkan ELT tidak memberikan sinyal apapun yang dapat ditangkap oleh satelit baik milik otoritas penerbangan internasional maupun milik Basarnas. Padahal hanya dengan ELT ini keberadaan posisi pesawat bisa dilacak dan ditemukan dengan cepat jika terjadi kecelakaan. Seharusnya jika pesawat bisa mendarat dengan mulus di suatu tempat maka pilot bisa mengaktifkan ELT secara manual seperti yang dilakukan oleh Enginer dalam prosedur operasi pengjian ELT diatas. Â Ata bahkan ELT memang sama sekali rusak atau tak berfungsi dikarenakan pesawat masuk ke dasar laut yang amat dalam sehingga sinyal ELT tidak dapat tertangkap oleh satelit. Semoga saja kejadian hilangnya pesawat terbang tidak terjadi lagi dan pihak terkait segera memikirkan cara yang lebih jitu untuk menentukan lokasi pesawat yang hilang karena kecelakaan dan semoga Air Asia QZ 8501 segera ditemukan bersama crue dan para penumpangnya. Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H