Tulisan ini adalah pengalaman pribadi saya, semoga bisa bermanfaat dan memberi gambaran bagaimana menyelaraskan antara dunia pendidikan dan dunia kerja yang sesungguhnya. Dulu setelah tamat SMA, saya bercita-cita ingin menjadi seorang dokter. Tetapi semua harapan saya kandas ketika ayah saya meninggal disaat saya duduk di kelas 2 SMA. Ayah saya tidak mengasuransikan biaya pendidikkan saya. Satu-satu harta yang ditinggalkan ayah saya yang katanya untuk biaya kuliah saya, entah mengapa berpindah tangan ke keluarga pihak ayah. Saya dan Ibu tak bisa berbuat apa-apa waktu itu. Apa lagi ibu sangat terpukul saat kematian ayah.
Kejadian yang tak terduga yang menimpa saya tak menyurutkan sekolah saya. Saya tetap harus kuliah setelah tamat dari SMA. Saya tak mau seperti teman-teman saya di kampung yang tidak melanjutkan sekolah. Setelah tamat SMP atau SMA, mereka lebih suka bekerja menjadi buruh pabrik atau bekerja di peternakan ayam milik warga keturunan yang banyak membuka pabrik dan peternakan di kampung saya.
Setelah tamat SMA, ibu saya agak berat untuk menguliahkan saya. Saya adalah anak pertama yang diharapkan bisa segera bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Sementara adik saya masih ada 4 orang lagi yang masih sekolah. Tapi saya yakinkan ibu bahwa saya kuliah hanya 3 tahun saja, karena saya hanya mengambil program D3.
Waktu itu saya tidak tahu apa itu Politeknik, yang saya tahu kuliahnya hanya 3 tahun sehingga saya cepat tamat dan berharap cepat bekerja. Saat UMPTN tahun 1994 saya hanya nekat saja memilih pilihan pertama saya adalah Politeknik telekomunikasi. Saat itu awal tahun 1994 Politeknik itu masih bagian dari Universitas Sumatera Utara (USU). Sekarang sudah berubah menjadi Politeknik Negeri Medan (Polmed). Alhamdulillah saya lulus UMPTN dan bisa kuliah di Politeknik.
Ketika lulus di Politeknik masih ada lagi serangkaian tes yang harus saya ikuti yaitu tes kesehatan. Ketika itu seluruh tubuh diperiksa. Alhamdulillah saya lulus dan tidak buta warna sehingga bisa diterima di program studi telekomunikasi.
Awal kuliah saya terkejut, saat itu adalah OSPEK banyak orang-orang berpakaian militer yang melatih. Ternyata mereka adalah MENWA (Resimen Mahasiswa). Alhamdulillah dulu saya anggota pramuka sehingga tidak sulit mengikuti OSPEK. Memang penggemblengan mental sangat keras di Politeknik ini. Tujuan tak lain agar mahasiswa mempunyai mental yang kuat saat menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.
Kuliah di Politeknik seperti melanjutkan SMA kelas 4-6 tetapi dengan praktek yang sangat banyak. Hampir 60 % praktek dan hanya 40% saja teori. Jam masuk kuliah 7.30 dan pulang jam 14.30 waktu itu. Jika terlambat masuk kuliah atau tidak hadir tanpa izin akan terkena kompensasi. Kompensasi adalah mahasiswa diharuskan membayar sejumlah uang diakhir semester dan harus bekerja di lab dan bengkel sejumlah jam keterlambatan atau ketidak hadiran tersebut. Dengan adanya kompensasi ini membuat mahasiswa semakin disiplin dan rajin kuliah.
Setelah pulang kuliah saya harus mengajar les untuk menambah ongkos dan biaya kuliah sehingga saya baru malam bisa dirumah. Saya tidak kos untuk mengurangi biaya, padahal jarak rumah dan kampus cukup jauh karena saya tinggal di luar kota Medan.
Alhamdulillah saya bisa mengikuti perkuliahan di tahun pertama yang diisi praktek bengkel yang cukup berat. Mahasiswa diajari mengikir, membubut dan mengelas juga. Untuk jurusan mesin juga diajari ngelas dan pekerjaan mekanik lainnya. Untuk jurusan Sipil diajari mengecor dan pekerjaan banguan dan lain-lain. Di semester 2 sampai semester 6 saya bisa memperoleh beasiswa Supersemar. Jadi biaya kuliah bisa gratis dan saya bisa mengurangi pekerjaan les privat dan konsentrasi pada kuliah saja. Pada awal semester 6 mahasiswa diwajibkan Praktek kerja lapangan (PKL), saat itu saya diterima PKL di Indosat Pantai Cermin. Di sinilah mahasiswa diajarkan pekerjaan sesungguhnya di Industri dan perusahaan.
Saat kuliah hampir setiap malam mengerjakan laporan praktek dan tugas-tugas. Mahasiswa Politeknik sudah biasa bekerja dibawah tekanan dan dateline yang ketat. Untuk bisa tamat nilai kuliah harus diatas 7 dan jumlah kehadiran harus lebih dari 80%. Kalau tidak bisa terancam DO (drop out). Ada beberapa mahasiswa sudah DO di semester 4.
Untuk menyelesaikan studi mahasiswa semester 6 bisa membawakan laporan PKLnya untuk dijadikan tugas akhir atau membuat suatu benda kerja atau alat sebagai proyek akhirnya. Waktu itu saya membuat alat pengontrol peralatan listrik dari jarak jauh menggunakan telepon DTMF. Alat itu bisa menghidup dan mematikan lampu dari jarak jauh dengan menghubungkannya dengan telepon dengan menekan tombol-tombol di telepon rumah. Saya lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.
Ketika di semester 6 banyak perusahaan – perusahaan atau pabrik elektronik di Batam dan Malaysia merekrut mahasiswa Politeknik. Sudah banyak teman-teman saya yang lulus dan bekerja diperusahaan itu setelah tamat langsung kerja di pulau Batam dan juga di Malaysia. Ibu meminta saya agar setelah tamat bekerja di Medan saja gak usah merantau jauh-jauh. Saya turuti kemauan ibu padahal saya kepingin juga seperti teman-teman bekerja di pabrik elektronik atau perusahaan telekomunikasi.
Setelah tamat saya bekerja diperusahaan milik dosen saya. Perusahaan itu tidak terlalu besar tapi gajinya lumayan. Perusahaan itu bergerak dibidang alat-alat kontrol. Setelah badai krisis moneter menerpa perusahaan tempat saya bekerja juga kena imbasnya. Banyak juga teman-teman saya yang di PHK dan pindah kerja. Perusahaan milik dosen saya juga kolaps dan saya diajak untuk menjadi asistennya di lab kampus. Saat menjadi asisten itulah ada penerimaan PNS sebagai teknisi di kampus dan saya ikut testing dan alhamdulillah lulus.
Niat saya untuk segera bekerja setelah tamat kuliah terwujud ketika saya memilih Politeknik sebagai tempat kuliah saya. Memang program Politeknik bertujuan untuk menempa para mahasiswanya siap terjun di dunia kerja. Kunci pendidikkan di Politeknik adalah disiplin yang keras dan banyaknya praktek sampai 60% dan teori hanya 40%. Juga adanya PKL atau Praktek Kerja Lapangan yang menjadikan mahasiswa terbiasa bekerja keras dan disiplin yang tinggi sehingga perusahaan dan industri lebih suka merekrut tamatan Politeknik menjadi karyawannya.
Hal itu didukung juga karena Politeknik dilengkapi dengan laboratorium dan bengkel yang mempunyai peralatan yang lengkap dan canggih serta mengikuti perkembangan teknologi seperti yang ada di industri.
Sekarang ini sudah ada 25 Politeknik negeri yang ada di indonesia ditambah juga beberapa Politeknik milik Pemda dan juga Politeknik swasta yang menerapkan kurikulum pendidikkan vokasi atau keahlian dan ketrampilan. Jumlah itu masih kurang mengingat banyaknya lulusan SMA dan SMK tiap tahun yang ingin kuliah di Politeknik masih belum bisa tertampung semuanya.
Politeknik mulai berdiri sejak tahun 1982 bekerja sama dengan negara Swis,jepang dan Australia. Untuk mengetahui sejarah Politeknik lebih lanjut bisa di baca di sini.
Bagi orang tua yang menginginkan anak-anaknya cepat bekerja setelah tamat kuliah, tak ada salahnya memilih Politeknik dan mengarahkan putra-putrinya untuk kuliah di Politeknik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H