[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="Jokowi dan KJP (sumber:lipsus.kompas.com)"][/caption]
Miskin identik dengan bodoh dan sakit-sakitan. Orang bodoh kebanyakan pasti miskin dan orang yang sakit-sakitan juga miskin karena tak bisa bekerja, malah harta yang sudah ada ludes untuk berobat kesana kemari. Bahkan bagi umat Islam ada hadist yang menyatakan kemiskinan bisa mendekatkan seseorang kepada kekufuran (kafir).
Dari pengertian dan korelasi diatas maka untuk mengentaskan kemiskinan maka rakyat harus pandai dan juga harus sehat. Supaya jangan bodoh rakyat harus sekolah. Supaya sehat rakyat harus hidup bersih dan makan makanan bergizi walau tidak mahal dan juga harus gampang berobat jika sakit. Sakit berat diawali dari sakit ringan yang tidak segera diobati karena ketiadaan biaya berobat, atau malah malas berobat karena tak punya uang untuk berobat. Akhirnya penyakit semakin parah. Jika sudah parah baru dibawa ke dokter tentunya biaya juga akan membengkak dan penyembuhannya semakin lama dan sulit.
Jokowi tahu itu karena dulunya dia orang miskin dengan kondisi orang tua yang tidak sekolah dan sulit berobat. Orang tuanya saja sulit membayar biaya persalinan saat beliau lahir. Dari itulah beliau tak mau hidup miskin. Jadilah Jokowi bekerja keras banting tulang dan peras keringat. Kepala jadi kaki, kaki jadi kepala demi mengentaskan kemiskinan keluarganya. Akhirnya dia bisa sekolah dan kuliah dan menjadi orang hebat.
Dari pengalaman itulah dia berusaha mengentaskan kemiskinan rakyat dengan memberikan KJP (Kartu Jakarta Pintar) yang insya Allah akan berubah nama menjadi KIA (Kartu Indonesia Pintar). Kemudian kartu sakti untuk mengentaskan kemiskinan satu lagi adalah KJS(Kartu Jakarta Sehat) yan sebentaar lagi juga akan berubah nama menjadi KIS (Kartu Indonesia Sehat).
Dengan modal kepintaran dan kesehatan dijamin rakyat bisa terbebas dari kemiskinannya. Ini sudah saya rasakan sendiri. Baca artikel saya tentang "Orang Miskin Harus Bisa Kuliah" di Kompasiana ini. Anda akan temukan korelasi antara kebodohan dan kemiskinan.
Jika rakyat bisa bersekolah sampai jenjang universitas dengan gratis maka rakyat akan pintar dan bisa mandiri dan berfikiran luas dan bisa juga membuka lapangan kerjanya sendiri. Bahkan negeri ini akan dipenuhi orang-orang pintar dengan akhlak yang baik yang bisa membangun negerinya tanpa korupsi sedikitpun. Karena mereka merasa berhutang budi pada negerinya sendiri dan tentulah akan mengabdi sebaik-baiknya kepada ibu pertiwi.Juga kecintaan kepada tanah air semakin bertambah.
Kesehatan juga tak kalah penting. Orang pintar tapi sakit-sakitan juga akan menyulitkan. Bahkan orang yang sakit tak bisa menuntut ilmu atau tak bisa sekolah dengan baik. Perlu dipikirkan agar tidak sakit maka dilakukan pencegahan terhadap penyakit dan segera berobat jika terserang penyakit. Berobat harus gratis agar rakyat tak takut berobat ke dokter atau rumah sakit seperti sekarang yang terjadi. Dimana rakyat miskin sulit berobat, sampai-sampai ada anekdot "rakyat miskin dilarang sakit".
[caption id="" align="alignnone" width="565" caption="KJS (sumber: tribunnews.com)"]
Kemiskinan akan bisa dientaskan jika rakyat tidak bodoh dan tidak sakit-sakitan. Kondisi sekarang banyak rakyat bodoh dan semakin dibodohi dengan doktrin-doktrin yang memecah persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia. Kondisi ini diperparah dengan layanan pendidikkan yang semakin mahal dan kesehatan yang tidak bersahabat dengan rakyat miskin.
Jika Jokowi mampu mewujudkan impiannya menjadikan rakyat Indonesia pintar dengan KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan KIS (Kartu Indonesia Sehat), Maka tak lama lagi Indonesia akan bangkit dari keterpurukannya.