[caption id="attachment_328807" align="aligncenter" width="654" caption="Kompasianer bambang Muhadi (sumber:kompasiana.com)"][/caption]
Bambang Muhadi Kompasianer yang baru mendaftar hari Selasa tanggal 25 Maret 2014 dan langsung menulis curhatannya karena tidak dilantik jadi kepsek hasil lelang jabatan di DKI. Pak Bambang telah menuduh dizolimi Jokowi. Alasan utama adalah karena dia merasa dikalahkan oleh Ibu Retno yang scornya lebih rendah dibanding dirinya. Beliau merasa heran kenapa ibu Retno yang dilantik sedangkan dirinya tidak.
Artikel pertamanya dengan judul "Saya Dizolimi Jokowi" yang ditulis hari ini Rabu (26 maret 2014 pukul 08:37) telah menarik hati admin Kompasiana dan menjadikan tulisan pertamanya langsung nangkring di tempat terhormat yaitu HL dan dikerubuti orang-orang yang katanya Jokowi lover maupun Jokowi hater. Pro dan kontra pun biasa terjadi apalagi di musim kampanye seperti sekarang ini. Ada aroma politik dalam tulisan pak Bambang ini, walau beliau mengaku lugu dan tak ada bermaksud untuk itu.
Namun yang sangat disayangkan menurut pengakuan beliau sendiri bahwa beliau tidak pernah menghadap Jokowi atau panitia lelang jabatan untuk mendapatkan klarifikasi. Memang katanya mereka para calon kepsek yang senasib (tidak lulus) mengambil jalan PTUN. Hal ini sah-sah saja di negara hukum yang menjamin setiap warga negara mencari keadilan dalam hukum.
Sekali lagi yang disayangkan dari tulisan beliau sepertinya ada aroma kecemburuan kepada ibu Retno yang lulus dan dilantik. Tuduhan bahwa Jokowi melakukan koncoisme karena katanya bu Retno itu tim sukses Jokowi. Nah disini sudah jelas ada tuduhan yang saya kira tidak berdasar alias fitnah.
Apalagi beliau menghapus komentar saya yang menyarankan untuk menemui Jokowi dulu baru menulis curhat seandainya dia diusir Jokowi atau dimarahi saat menemui okowi.Nah itu namanya baru dizolimi Jokowi. Dan hal itu tidak pernah dilakukannya karena katanya pasrah saja (kalau pasrah kok pake curhat di mompasiana?). Darimana pak Bambang tahu Jokowi menzoliminya? Padahal dia menghadap saja belum. Apakah keputusan meluluskan kasek itu putusan Jokowi atau putusan panitia lelang jabatan?
Lalu saya katakan di komentar saya, "ingat pak memfitnah lebih kejam dari membunuh". Beberapa jam kemudian komen saya sudah tidak ada. Ya padahal saya tidak spam seperti kong aan dan konco-konconya. Tapi sudahlah hak dia menghapus komen seperti saya menghapus komen spam.
Yang menjadi keanehan tulisan itu akhirnya seperti angin segar bagi para Jokowi hater untuk menjatuhkan Jokowi. Mereka menuduh para Jokowi lover tak bisa dikritik dan akan marah jika jokowi di kritik. Padahal disana para Jokowi lover hanya memberikan saran agar pak Muhadi klarifikasi dulu dan tidak langsung curhat yang pada akhirnya tendensius seperti itu. Ada 2 nama yang dicemarkan oleh tulisan pak Bambang yaitu Jokowi sendiri dan ibu Retno yang dikatakannya melakukan koncoisme (KKN) makanya mendapat jabatan Kasek.
Tulisan ini bukan bermaksud menyudutkan pak Bambang yang "terzolimi" (menurut dia), namun hanya berusaha memberikan sedikit masukan bahwa segala sesuatu tidak bisa diukur dari score nilai test tertulis. namun ada penilaian tak tertulis yang juga menentukan.
Ada kisah menarik seorang anak muda yang diterima kerja bukan karena nilai akademisnya saja. Namun karena etika dan sikapnya yang santun dan peka. Saat wawancara di depan pintu kantor sengaja diletakan sapu yang jatuh tidak bersandar di dinding. Para pelamar lain saat wawancara hanya melewati (melangkahi) sapu itu . Lalu ada seorang anak muda yang ketika namanya dipanggil kemudian saat mau memasuki ruangan dia mengambil sapu yang melintang itu dan menyandarkannya ke dinding dengan baik. Walau nilai akademis anak muda tadi lebih rendah dari yang diwawancari sebelumnya namun dirinya lah yang diterima karena sikap dan kepekaan yang dimilikinya tadi.
Semoga tulisan ini bisa sedikit memberikan pencerahan bagi kita bahwa hati-hati dalam melakukan curhat, Menuduh orang lain menzolimi, malah bisa terjadi sebaliknya kitalah yang telah menyebarkan fitnah karena dibalik tulisan yang terkesan lugu tersimpan maksud yang tersembunyi untuk menjatuhkan seseorang, apalagi disaat suhu politik meningkat seperti sekarang ini.