Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Awas Pak Jokowi "Dikadali" Cicak VS Buaya Jilid III

26 Januari 2015   20:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:20 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SaveKPK / Kompas.com

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="SaveKPK / Kompas.com"][/caption] Sejak Pak Jokowi mencalonkan Komjen Pol. Budi Gunawan menjadi calon Kapolri dunia perpolitikan di tanah air semakin menghangat. Lagi - lagi suhu yang menghangat itu semakin memanas sejak BG ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka dalam kasus gratifikasi dan kepemilikan rekening gendut. Setelah BG jadi tersangka pencalonannya sebagai Kapolri pun terhenti. Kini pihak Kepolisian yang diidentikan dengan Buaya berseteru kembali dengan Cicak yang mewakili KPK. Drama Cicak vs Buaya jilid III pun membuat rating semua media meningkat tajam. Apalagi pihak buaya melancarkan serangan dengan melakukan penangkapan wakil ketua KPK Bambang Widjojanto dengan penuh kejanggalan dan didramatisir. Media terus menyoroti kepada kasus ini. Rating hampir seluruh media mainstrem dan online meningkat tajam. Tak terkecuali Kompasiana juga meningkat ratingnya.  Demikian juga dengan induknya Kompas.com. Di hari saat penangkapan BW Kompas TV yang seharusnya menanyangkan Kompasiana TV selama 2 jam dihentikan secara mendadak hanya tayang sekitar 30 menit saja. Teman Kompasianer yang tampil malam itu mau gak mau harus kecewa karena hanya sempat menyampaikan 1 kali tanggapan ataupun pertanyaan kepada nara sumber. Acara pun dipotong breaking news untuk kehebohan apa yang terjadi di gedung KPK di Jakarta. Sebelum drama penangkapan BW, ketua KPK Abraham Samad juga diserang dengan foto mesranya dengan putri Indonesia Evira yang beredar di internet dan juga tulisan Rumah Kaca yang juga ditulis di Kompasiana oleh seorang penulis yang tak jelas jati dirinya seperti penulis Jilbab Hitam tempo hari. Sebenarnya selain cicak vs buaya ternyata ada kadal yang ikut bermain disana. Siapakah sang kadal itu? Itulah yang sedang masih akan dicari. Sang kadal ini berusaha mengkadali Jokowi agar terjerembab dari kursi Presiden yang baru 100 harian didudukinya. Pihak-pihak kadal ini tadinya sudah hampir mati suri tapi kemudian mereka dapat amunisi baru dengan terjadinya pertitiwa yang cukup menghebohkan media ini. Dengan terjadinya kondisi sekarang ini Pak Jokowi lah orang yang paling pertama dipersalahkan yang memang selama ini selalu dipersalahkan. Bahkan para hater yang tadinya hampir mati suri itu kini seperti jamur yang semakin subur di musim hujan. Dengan mendapat amunisi baru mereka terus gencar menyalahkan pak Jokowi. Bahkan ada yang berani meramalkan pemerintahan Jokowi akan mengalami nasib yang sama seperti Presiden Gus Dur. Masuk akal memang jika Pak Jokowi tak hati-hati peristiwa ini adalah bentuk uji nyali pak Jokowi sebagai seorang Presiden. Salah sedikit melangkah beliau bisa jatuh tersungkur. Apalagi Menkopolhukan Tedjo sudah berani menghina rakyat pendukung KPK dengan sebutan rakyat tak jelas. Ini menjadi bumerang bagi Pemerintahan Jokowi sendiri. Bisa-bisa para lover berubah jadi hater mungkin saja terjadi. Dari perseteruan cicak vs buaya ini memang menjadi ujian terberat pak Jokowi. Namun bisa jadi ini suatu "konsfirasi" yang perlu diciptakan untuk membuat "rame" media yang selama ini hampir adem ayem dan ratingnya pada turun karena tak ada berita yang "greget" bisa saja kan, namanya juga konsfirasi hehehe. Salam Konsfirasi. Artikel Terkait: - Cicak VS Buaya Presiden Harus Tanggung Jawab, Kompas.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun