Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sudah Adakah Tokoh Tandingan Jokowi?

12 Mei 2015   06:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:08 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo (kanan) dan Mantan Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono berjalan di atas karpet merah dalam upacara kemiliteran untuk melepas dan menyambut presiden di Istana Merdeka, Senin (20/10/2014). sumber:kompas.com

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Presiden Joko Widodo (kanan) dan Mantan Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono berjalan di atas karpet merah dalam upacara kemiliteran untuk melepas dan menyambut presiden di Istana Merdeka, Senin (20/10/2014). sumber:kompas.com"][/caption] Hari ini adalah hari yang bersejarah uat saya di Kompasiana. Ya tepat hari ini tanggal 12 mei adalah ulang tahun saya yang ketiga di blog keroyokan yang luar biasa ini. Selama itu juga artikel saya mendominasi tentang pak Jokowi. Sudah lebih 1056 artikel saya goreskan di kompasiana ini, dan hampir 75% artikel saya bertema pak Jokowi. Saya mulai tertarik kepada pak Jokowi saat beliau sudah menjadi walikota Solo untuk periode yang kedua. Saat itu pula kemunculannya di Jakarta yang ingin mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta melawan incumbent Foke yang saat itu secara analisa banyak pengamat sulit untuk dikalahkan. Memang terbukti pertarungan mereka sangat sengit sampai 2 putaran pemilu baru pak jokowi-ahok dinyatakan memenangi pilgub DKI. Nah sejak itu pula Jokowi namanya terus moncer dan baru menjabat 1 tahun lebih menjadi Gubernur TKI sudah dicalonkan lagi menjadi Presiden RI oleh partai pengusungnya yaitu PDI-P. Siapa sih yang tak heran dengan fenomena dan prestasi pak Jokowi ini/ Ada apa dan apa rahasianya, kenapa si"krempeng' ini bisa-bisanya mengkeokan para tokoh politik yang sejak bertahun-tahun sebelum pilpres sudah jor-joran kampanye di media. Kenapa harus Jokowi yang jadi Pressiden? Banyak tuduhan bahwa Jokowi adalah produk instan media, Jokowi adalah presiden atau pemimpin "karbitan". Itulah tuduhan para hater yang sampai sekarang digembor-gemborkan baik melalui akun sosial media milik para hater yang sampai sekarang belum bisa menerima kekalahan jagoannya. Sampai-sampai saya membuat artikel "Bikin Jokowi Tandingan" orbitkan melalui media milik kalian jika memang Jokowi itu produk instan media maka cara-cara jokowi bisa ditiru untuk tokoh yang lain karena "blue print" nya sudah ada yaitu pak Jokowi sendiri. Namun apa? Mereka salah besar. Mereka salah mengorbitkan tokoh dengan pencitraan yang bernilai kadar hoax hampir 24%, artinya mereka mengorbitkan tokoh tertentu dengan berita hoax. beda dengan pak Jokowi yang memang apa yang dilakukannya nyata adanya. Beda orang yang pencitraan dengan yang asli jati dirinya sangat mudah diketahui. Jika orang yang pencitraan maka tidak ssmpai 40 hari maka sifat aslinya akan muncul ke permukaan. itu kebanyakan yang terjadi orang tak akan tahan berpura-pura jadi orang lain selama 40 hari lamanya. Nah lalu selama 3 tahun ini saya menulis tentang jokowi, apa yang saya dapatkan? Ketenanran, tidak juga, jabatan,uang atau apa? Ya banyak yang saya dapakan setelah saya 3 tahun bergabung di kompasiana ini. Semua yang pembaca tuduhan tentang apa yang saya dapatkan ya memang saya dapatkan. Saya mendapatkan ketenanran, saya mendapat jabatan dan saya mendapat uang. Walau pun tidak langsung dari pak Jokowi tapi semua itu adalah berkat saya menulis yang baik-baik tentang siapa saja. Bukan saja tentang pak jokowi. okoh siapa saja yang saya pandang baik maka akan saya tulis kebaikannya. Menulis kebaikan dan membagikan kebaikan pastinya akan mendatangkan kebaikan juga. Demikianlah yang saya peroleh, saya banyak berteman dengan orang-orang baik di kompasiana ini, saya juga banyak berkenalan denga orang-orang baik yang semuanya ingin menjadikan negara ini lebih baik yang saat ini kebetulan di pimpin oleh seorang jokowi. Walau banyak dapat juga julukan yang jelek akibat saya menulis tentang pak jokowi saya terimah dengan lapang dada. Saya sadari itu adalah resikonya menulis sesuatu ide atau gagasan pastinya akan dibarengi dengan pro dan kontra. jangan kan politik soal makanan saja banyak orang yang pro dan kontra hehehe. Lalu apa lagi yang saya dapatkan? Pokoknya banyak yang saya dapatkan. Jika saya tuliskan maka tak cukup waktu untuk menuliskannya. Pembaca bisa membaca 1000 artikel saya di kompasiana ini. Silakan obrak-abrik akun saya disana akan ditemukan apa yang saya dapatkan selama 3 tahun menulis di kompasiana ini. Lalu apa kaitan artikel ini dengan judul diatas? Ya saya hanya ingin menyampaikan semua tokoh itu ada aji mumpungnya ada bintang jatuh yang tepat mengenai sang tokoh agar bisa moncer seperti pak jokowi. Bukan karena media apalagi karena konsfirasi. Jika para pembaca masih menuduh pak jokowi seperti itu sungguh itu adalah pekerjaan yang sia-saia. Jika memang yakin dengan tuduhan itu lebih baik dari sekarang segera cari tokoh tandingan dan orbitkanlah seperti yang terjadi pada seorang Jokowi. Tapi ingat jika bukan dari hati yang tulus maka tak ada yang mau menuliskan kebaikan sang tokoh. Selain saya banyak lagi yang sudah menulis tentang pak Jokowi bahkan tulisannya lebih bagus dan ketokohannya juga sangat berpengaruh. Diantara mereka ada yang menulis dengan ikhlas dan ada yang tidak, dan yang tahu keikhlasan itu hanya dirinya dan Tuhan yang Maha Mengetahu saja. Melalui kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pembaca yang telah dengan setia membaca tulisan-tulisan saya yang tak seberapa ini. juga kepada seluruh tim admin yang sudah bekerja keras dan selalu memperhatikan artikel-artikel saya yang sering diberi ganjaran TA bahkan juga kadang HL. Terimakasih untuk semuanya dan mohon maaf jika pastinya tulisan saya ada menyinggung sebagian pembaca yang tidak suka dengan tulisan saya. Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun