[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Ilustrasi / melekteknologi.com"][/caption] Pemblokiran situs-situs radikal dan berbahaya berlanjut ke project yang lebih besar. Untuk mengantisipasi radikalisme dan paham menyimpang yang dapat merongrong kedaulatan bangsa kini Indonesia akan membangun Great Firewall seperti yang dimiliki oleh negara China. Kajian tentang itu sedang dilakukan sekarang. Tak menutup kemungkinan nanti media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Google+ dan semua yang datang dari negara Paman Sam itu bakalan diblokir seperti di China. Facebook yang sekarang menjadi ajang provokasi massal bisa saja diberangus oleh pemerintahan Jokowi. China yang sejak dari awal perkembangan internet telah memberlakukan pemblokiran situs-situs dari Amerika untuk melindungi warganya akhirnya berbuah manis. Walau terkesan kebebasan berbicara warga negara di sana diberangus namun menjadikan negara itu memiliki jaringan media sosial sendiri. Perkembangan software lokal mengalami kemajuan pesat di China. Warga China bangga bermedsos dengan medsos buatan sendiri. Hal inilah yang membuat mereka mandiri secara teknologi. Walau kebanyakan mereka menjiplak namun mereka melakukann demi kemajuan negaranya. Tak dipungkiri China adala negara plagiator nomor satu dunia. Apa yang tidak bisa dipalsukan di China. Jantung manusia dan alat vital juga bisa dibuat disana. Jika negara Indonesia mau mandiri di bidang teknologi internet yang sangat pesat ini maka harus berani melakukan seperti China. Banyak anak bangsa yang mampu membuat media sosial sendiri. Namun karena kalah bersaing dengan media luar medsos buatan anak negeri menjadi tidak laku. Saya mencatat ada 24 lebih situs jejaring sosial buatan anak negeri, namun tidak laku. Ada satu yang masih ada peminatnya itupun karena desainnya mirip dengan facebook. Situs Indofesbuk.com ini memang lumayan bagus dan bisa menjadi cikal-bakal pengganti facebook jika situs Facebook nantinya akan diblokir pemerintah Jika memang pemerintahan Jokowi ingin memajukan industri software dalam negeri dan menggalakan aplikasi buatan anak negeri mau tak mau memang harus memberlakukan pemblokiran media sosial milik asing. Para pengguna media sosial di Indonesia selama ini hanya menguntungkan pihak luar saja. Kita tak menyadari bahwa selama ini kita menjadi pencetak dolar bagi pemilik media sosial seperti Mark Zukenberg dan kawan-kawannya yang semakin kaya. Sedangkan kita hanya asyik berkelahi di jejaring sosial milik mereka dan mereka tertawa-tawa tambah kaya. Saya sependapat dengan Ketua Dewan Pakar Indonesia ICT Forum Teguh Prasetya memaparkan, ancaman Indonesia untuk menutup website asing yang menolak membuka infrastruktur itu merupakan rencana bagus. Teguh berpendapat, Indonesia sebenarnya bisa tetap berjalan walau tanpa website dari luar negeri. “Lihat saja waktu Vimeo ditutup, tidak ada dampak apa-apa kan buat kita. Jadi saya rasa itu tindakan yang sudah bagus, karena memang harus ada take and give sehingga perusahaan itu jangan maunya take saja tapi tidak memberikan apa-apa buat kita (keuntungan).” ujar Teguh. (Sumber) Artikel ini bukan untuk memprovokasi pemerintahan Jokowi memblokir situs jejaring sosial milik Amerika itu, namun jika memang itu dipandang perlu dan menjadi nilai tambah untuk memperkaya bangsa sendiri kenapa tidak. Apapun kebijakan pasti ada yang merasa dirugikan dan merasa diuntungkan. Ini juga sebagai bentuk keadilan dari Pemerintahan Jokowi agar tidak hanya memblokir situs Islam tapi situs kafir juga harus diblokir. Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H