Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Makian dengan Menyebut Alat Kelamin Hanya Berlaku di Indonesia

31 Agustus 2013   08:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:34 2292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (IMG-KOMPAS/WISNU WIDIANTORO)

Memang sangat disayangkan penulis sekaliber beliau terceplos komentar yang tak pantas dan tak senonoh. Dengan menyebut alat kelamin yang notabene milik dirinya sendiri dan semua laki-laki di dunia ini. Mungkin bagi para kompasianer laki-laki sudah biasa dengan sebutan itu. Namun bagi kompasianer wanita apalagi yang masih remaja atau belum menikah sepertinya sangat "jengah" mendengar kata itu.

Dalam bahasa  sehari-hari di Indonesia memang makian dengan menyebut alat kelamin dan anggota badan sangat tidak sopan dan sangat merendahkan orang yang dimaki itu. Entah siapa yang memulai menggunakan makian dengan menyebut alat kelamin atau anggota badan di Indonesia saya pun belum tahu. Mungkin Pak Kusno sebagai ahli bahasa di Kompasianer bisa menuliskan artikel sejarah makian di Indonesia.

Namun menurut saya kalau makian itu dilontarkan menggunakan bahasa lain misalnya dalam bahasa Inggris di luar negeri atau kepada turis asing. Hal itu tidak akan membuat mereka marah. Mungkin hanya heran saja. Misalnya anda memaki turis dengan ucapan, "your penis!". Mungkin dia akan kebingungan dan akan bertanya kembali, "what happened with my penis?"

Kejadian lucu pernah dialami seorang jemaah haji dari Indonesia yang sedang berzikir di Masjidil Haram. Tiba-tiba dia ditabrak oleh seorang arab yang badannya tinggi besar. Sepontan si jamaah haji dari indonesia ini memaki dengan kata-kata dalam bahasa arab, "ainuka (matamu)". Si orang arab bukannya marah malah ngeloyor pergi sambil mengelus-ngelus matanya.

Dalam artikel ini saya hanya berpesan kepada diri saya pribadi dan mungkin untuk teman-teman kompasianer yang lain, bahwa apa yang kita ucapkan biasanya itulah yang ada di hati kita. Ada pepatah mengatakan mulut itu adalah jendelanya hati. jadi apa yang keluar dari mulut itulah yang ada di dalam hati. Malah ada lagi ungkapan "mulutmu harimaumu" yang sewaktu-waktu bisa mencabik-cabik dirimu sendiri. Maka hati-hatilah menggunakan mulut kita.

Salam - Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun