[caption id="" align="aligncenter" width="457" caption="Ilustrasi (img-wordpress.com)"][/caption]
Anak muda yang selalu ingin tahu dan penasaran akan hal-hal baru. Apalagi tentang seks dan semua yang berbau seks sangat menarik perhatian anak-anak muda bukan saja di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Secarah mudah dapat dibuktikan kata sex dan seks menempati urutan terbanyak dalam pencarian di google. Selanjutnya disusul dengan porn video atau sex video juga diperingat teratas pencarian google.
Tak usah dipungkiri lagi. Anak - anak muda usia sekolah mulai SMP bahkan SD sudah pernah menonton video porno. Sedangkan perkembangan mental dan psikisnya belum mampu mencerna dan memilah apakah yang dilihatnya itu baik atau buruk. Mereka tidak tahu bahwa apa yang mereka lihat akan berpengaruh buruk terhadap kejiwaan mereka.
Setelah beranjak SMA dan kuliah mereka akan naik level menjadi pelaku atau aktor video porno amatiran yang mereka buat sendiri. Entah untuk dokumentasi pribadi atau malah untuk taruhan dengan teman-temannya bahwa dia sudah berhasil meniduri si anu dengan bukti fisik berupa rekaman video tadi.
Sangat disayangkan bahwa kemudahan teknologi dengan alat perekam video sudah ada di gadget murah atau HP Cina harga 300 ribuan sudah dilengkapi dengan alat kamera perekam video. Inilah yang menjadikan anak-anak muda selain mencari video porno dan mendownloadnya dari internet, mereka juga mempoduksinya sendiri dari kegiatan ilegal yang mereka lakukan.
Miris memang, tapi itulah kenyataan yang terjadi. Penyalahgunaan teknologi akibat prilaku dan akhlak buruk dan kurangnya pendidikkan agama dan moral dari sekolah maupun orang tua. Tidak kita salahkan sepenuhnya anak-anak muda itu. Tapi lingkungan dan keluarga juga berperan aktif membentuk mental dan jiwa-jiwa anak muda yang labil berprilaku menyimpang itu. Kadang di rumah anak kita terlihat alim dan duduk manis, penurut dan baik hati, karena takut dengan kita sebagai orang tuannya. Tapi setelah keluar dari pintu rumah dan bergaul dengan teman-temannya di sekolah maupun di lingkungan sesama anak muda, mereka seperti kuda liar yang keluar bebas dari kandang. Karena lingkungan tidak mendukung pendidikan di rumah.Masyarakat kita cenderung tak mau tahu dengan kegiatan anak muda karena beralasan itu bukan anak mereka. Padahal seharusnya kita sebagai warga masyarakat ikut turut mengawasi kegiatan anak-anak muda ini walaupun mereka bukan anak-anak kita.
Anggapan inilah yang menjadikan dualisme antara prilaku di rumah dan prilaku di masyarakat. Anak muda dengan jiwa yang penuh gelora ini harus tetap selalu diawasi dimanapun berada. mereka jangan dibiarkan liar dan binal, mereka perlu diarahkan. Itulah tugas kita sebagai orang tua baik di keluarga maupun di masyarakat.
Apakah sekarang sudah terlambat? Tidak, tidak ada kata terlambat. Semuanya bisa diperbaiki. Tergantung kita saja yang mau berubah dan bertindak menasehati dan jangan bersikap masa bodoh dengan prilaku anak-anak muda di sekitar kita.
Memang sulit, tapi kita harus mulai dari sekarang dan dari lingkungan kita masing-masing. niscaya akan terjadi perubahan yang sangat signifikan jika semua orang mau menjadi pengawas anak-anak muda di lingkungannya masing-masing.