[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahya Purnama alias Ahok / Kompas.com"][/caption] Dalam bahasa Batak partai itu berasal dari dua suku kata yaitu "par" itu artinya dari atau asal sedangkan tai ya kotoran. Jadi orang Batak mengartikan partai itu adalah asalnya dari kotoran. Makanya orang Batak yang ikut partai di kampung selalu ditakuti karena sesuatu yang berasal dari kotoran pastinya menakutkan. Makanya saya katakan kini Ahok sudah tak punya par(tai) dan bakalan diban(tai). Ahok sudah keluar dari Gerindra saat ribut-ribut KMP yang dimotori oleh Gerindra menolak pilkada langsung. Maka dengan penuh kesadaran Ahok keluar dari Gerindra karena sudah tidak sesuai dengan aspirasinya. Ahok berpendapat bahwa tak ada gunanya loyal kepada partai yang tidak loyal kepada rakyat. Rangkaian dari kata par adalah tai yang juga sudah Ahok gunakan untuk memaki anggoya DPRD DKI yang notabene adalah anggota dari partai politik. Termasuk ada Gerindra di dalamnya. Jadi Ahok sudah tak punya apa-apa untuk melindunginya dalam melawan DPRD DKI yang semuanya adalah anggota partai politik. Kini Ahok bagai pejabat yang tak punya kendaraan politik. Ahok seperti pejalan kaki yang terseok-seok berjalan sendiri membawa beban sendiri. Apalagi Ahok tak mau kompromi dengan membagi beban serta sedikit memberi jatah "roti" APBD Jakarta agar bisa dinikmati bersama. Namun Ahok tak mau bagi-bagi roti APBD DKI kepada pengawas yang kini melihat Ahok sudah jalan terhuyung-huyung hampir limbung. Jika Ahok kemarin diam-diam saja, langsung setuju dengan RAPBD seperti yang disepakati anggota DPRD DKI , Ahok itu udah aman,nyaman dan tentram bahkan bisa nikah lagi. Tapi dasar Ahok keras kepala ambisius dan caper kepada rakyat makanya Ahok sekarang terpeleset di karena bahasa toilet. Ahok kini diban(tai) habis-habisan. kanan,kiri, muka, belakang, atas dan bawah semua menyerang Ahok. Apalagi yang memang dari dulu sudah anti pati kepada Ahok yang beretnis keturunan Tionghoa dan bukan muslim pula. Lengkaplah penderitaan Ahok. Jadi siapa yang bisa menyelamatkan Ahok? Pak Jokowi? Mana bisa, pak Jokowi juga dalam masalah incaran para petinggi partai yang lagi-lagi isinya ada yang kemaruk ingin memakzulkan pak Jokowi. Bahkan sampai-sampai tega mereka menyebar opini melalui media yang berafiliasi kepada partai itu untuk terus menggerogoti pemerintahan Jokowi. Tak ada yang bisa menyelamatkan Ahok kecuali Tuhan dan Ahok sendiri. Ahok kini hanya berharap Tuhan masih berpihak kepadanya. Mudah-mudahan Tuhan tak ikut tersinggung karena mendengar kata "tai" dari mulut Ahok, seperti orang-orang suci di negeri ini yang sudah sangat tersinggung dan antipati dengan kata tai. Selain Tuhan Ahok juga masih punya pendukung yang katanya hanya segelintir di dunia maya. Saya mungkin termasuk yang segelintir itu. Saya muslim dan saya dukung Ahok. Saya tak tersinggung dengan kata tai yang terlontar dari mulut Ahok, karena kata itu bukan ditujukan kepada saya. Kata itu ditujukan kepada anggota par(tai) yang duduk di DPRD DKI. Saya yakin dan percaya warga DKI pasti masih mendengar hati nurani. Jika Tuhan menghendaki kebenaran akan terbongkar  dengan segera. Tuhan pastilah membela hamba-hambanya yang lemah yang berusaha untuk menegakkan kebenaran walaupun  itu pahit sekali rasanya. Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H