[caption id="" align="alignnone" width="624" caption="Ilustrasi (Jenazah Bripka Sukardi disemayamkan di Gedung Sanggita Asrama Brimob Polri, Cipinang, Jakarta Timur, Rabu (11/9/2013). Bripka Sukardi meninggal akibat ditembak orang tak dikenal pada hari Selasa (10/9/2013) di depan Gedung KPK, Jakarta Selatan. | KOMPAS.COM/RATIH WINANTI RAHAYU)"][/caption]
Maraknya penembakan yang terjadi di negeri ini dan targetnya adalah para polisi, seharusnya pihak POLRI harus segera memikirkan keselamatan para anggotanya. Jangan sampai bertambah lagi korban meninggal yang tak tahu siapa musuhnya. Kalau perang jelas siapa yang harus dihadapi. Tapi ini musuhnya seperti siluman. Naik motor melepas tembakan "dor...dor...dor". Kemudian lari dan bersembunyi dan menghilang.
Tinggallah pihak penyidik yang kebingungan. Apa motof penembakan juga tak diketahui, konon lagi siapa pelakunya juga nihil. Hanya sketsa wajah yang disebar dan kadang POLRI salah tangkap orang yang tak bersalah menjadi pesakitan.
Dugaan pun berkembang, bahwa ada kelompok teroris yang membalas dendam. Dengan membabi buta menembaki polisi. Padahal seharusnya mereka menembaki densus 88. Tapi mereka tak punya target yang pasti. Pokoknya kalau ada yang berseragam polisi boleh ditembak mati. Hal ini membuat bergidik para anggota POLRI yang lain. Sampai-sampai mereka berdinas tak berani memakai seragam. Nyawa pun seeakan terancam.
Maka saya menyarankan, agar setiap anggota POLRI dilengkapi dengan rompi anti peluru dan juga helm anti peluru. Atau kalau memungkinkan semua pakaiannya anti peluru. Walau mungkin harganya mahal. Tapi nyawa lebih mahal dan tak bisa dihargai dengan uang. Apalagi bagi keluarga korban yang ditinggalkan. Istri menjadi janda dan anak-anak yang menjadi yatim. Seperti yang dialami oleh keluarga Bripka Sukardi yang tewas ditembak oleh orang yang tidak dikenal pada hari Selasa (10/9/2013), sekitar pukul 22.20, di depan Gedung KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta. Saat ditembak, Sukardi tengah mengawal truk bermuatan bahan konstruksi dengan mengendarai motor Honda Supra B 6671 TXL. Iring-iringan truk berjalan dari Tanjung Priok, Jakarta Utara, menuju Rasuna Tower di Jakarta Selatan.(sumber).
Kasus penembakan para aparat keamanan ini sudah membuat rakyat resah dan merasa was-was. Hal ini karena aparat saja dengan mudah bisa di "dor" apalagi rakyat biasa yang tak dilengkapi senjata apapun. Apakah sudah sangat mudahnya senjata api beredar di negeri ini. Inilah yang masih menjadi kekhawatiran bagi rakyat awam seperti saya.
Semoga pihak POLRI bisa segera menuntaskan kasus ini dan membongkar pihak yang telah melakukan penembakan kepada aparat kepolisian yang notabene adalah penjaga keamanan rakyat.
Salam - Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H