Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Air Asia Hilang: Human Error atau Teror?

29 Desember 2014   14:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:15 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Sistem pendeteksi ELT (sumber gambar: sains.kompas.com)"][/caption] Human error selalu saja dikaitkan dengan setiap kejadian kecelakaan lalu lintas baik di darat, laut, dan udara. Apalagi di udara jangan sampai terjadi human error sedikit pun. Kalau tidak, fatal akibatnya. Seperti kejadian 2 pesawat milik negara Malaysia saya mengamati "pola" yang sama. Hilang kontak dan tak ditemukan lagi. (Semoga Air Asia QZ8501 bisa ditemukan). Dari kejadian MH317 yang juga hilang kontak ditemukan "kejanggalan" di mana 4 buah alat yang bernama ELT (Emergency Locator Transmitter) tidak bekerja atau padam. Alat yang sangat "sensitif" dan sangat perlu untuk sebuah pesawat ini seharusnya tak boleh mengalami "malfunction" apalagi sampai padam sama sekali. Fungsi ELT yakni memancarkan sinyal radio agar lokasinya bisa diketahui sistem deteksi yang ada. Frekuensi yang dipilih untuk operasi ELT adalah 121,5 megahertz (MHz) untuk darurat penerbangan sipil dan 243 MHz untuk penerbangan militer. ELT inilah yang bisa dilacak untuk menemukan lokasi pesawat jika terjadi kecelakaan. Jika alat ini tak berfungsi sangat sulit mencari pesawat yang jatuh di daerah pedalaman atau di tengah lautan luas. Makanya ELT ini amat vital untuk sebuah pesawat "capung" sekalipun. Konon lagi pesawat penerbangan komersial yang mengangkut ratusan jiwa di dalamnya. Berkaitan dengan pesawat terbang sebelum melakukan penerbangan pastilah dilakukan pengecekan oleh tim teknisi yang berpengalaman dan ahli di bidangnya. Tim ini akan memeriksa seluruh kelengkapan pesawat sampai dinyatakan pesawat layak terbang. Namun kadang ada "faktor" yang membuat seorang teknisi tak berdaya untuk mengatakan pesawat tak layak terbang. Seorang teknisi handal akan memeriksa peralatan dengan ilmu yang dipelajarinya. Walau peralatan itu benda mati tapi bagi seorang teknisi mereka bisa memperlakukannya dengan "intuisi" yang terlatih berpuluh tahun. Seorang teknisi tahu bahwa pesawat tak layak terbang. Namun "intimidasi" pihak maskapai dan kepentingan bisnis yang tak mau rugi jadilah mereka bekerja dengan "tekanan". Menahan rasa was-was jika pesawat yang baru terbang akan celaka karena sebenarnya dia tahu pesawat mengalami gangguan tapi dipaksakan. Lain lagi jika seorang teknisi terkait dengan kelompok teroris tertentu. Mungkin dia diintimidasi oleh teroris atau dirinya sendiri yang terlibat. Sangat mudah baginya mencelakakan sebuah pesawat. Hanya dengan tindakan "iseng" seorang teknisi bisa menjatuhkan dan menghilangkan pesawat terbang yang ditumpangi ratusan nyawa di dalamnya. Untuk lebih meningkatkan keamanan penerbangan penulis memberikan beberapa solusi yang mungkin umum tapi tapi belum dilaksanakan oleh industri pesawat terbang dan maskapai penerbangan, antara lain:

  1. Harus dibuat ELT (Emergency Locator Transmitter) harus tetap menyala baik dalam keadaan normal maupun darurat agar alat dapat dipastikan berfungsi dengan baik.
  2. ELT tahan dan tidak akan rusak dengan benturan sangat keras bahkan suhu yang sangat tinggi maupun sangat dingin.
  3. Rekomendasi layak/tidak layak terbang dari teknisi penerbangan harus didengar oleh maskapai dan dilaksanakan sekalipun akan merugikan. Jika tidak, resikonya hilang pesawat dan hilang nyawa.
  4. Selalu cek kejiwaan dan kesehatan teknisi serta perhatikan gaji dan kesejahteraannya agar dirinya tidak terlibat jaringan teroris atau kejahatan lainnya. Jangan hanya pilot saja yang diperhatikan.

Dari kejadian-kejadian kecelakaan penerbangan di Indonesia rata-rata disebabkan oleh human error. Untuk teror belum ada laporan yang menguatkan kejadian-kejadian itu. Apalagi teror yang dilakukan oleh teknisi sebuah pesawat. Yang kemungkinan sulit sekali untuk dibuktikan keterlibatan mereka. Semoga pesawat Air Asia QZ8501 segera ditemukan dan ada kejelasan korban yang masih hidup atau yang sudah meninggal dan segera mendapat pertolongan. Bagi keluarga korban semoga diberi ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi musibah ini. Salam Kompasiana. Referensi: http://sains.kompas.com/read/2014/03/17/0924000/Melacak.Pesawat.Hilang http://nasional.kompas.com/read/2014/12/28/23030021/Basarnas.ELT.AirAsia.QZ8501.Bermasalah. http://id.wikipedia.org/wiki/Emergency_Locator_Beacon_Aircraft

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun