[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="Ketua KPK Abraham Samad (sumber: Kompas.com)"][/caption] Setelah upaya "meng-Antasaei-kan"  Abraham Samad gagal total. Kali ini jurus baru dikeluarkan untuk menghancurkan karier sang ketua KPK Abraham Samad. Sepertinya serangan berlanjut dengan membuka tabir kedekatan Abraham Samad dengan Partai "Bantaing" (baca PDIP) saat dirinya digadang-gadang menjadi calon wapres mendampingi Pak Jokowi saat pilpres 2014 kemarin. Sepertinya "drama" penetapan kasus tersangka kepada cakapolri Budi Gunawan berlanjut semakin seru dan berbuntut panjang. Kini Abraham Samad "diserang" secara pribadi bukan institusi KPK. Sekali lagi saya ulangi agar tidak sesat pikir bahwa pribadi Abraham Samad lah yang jadi sasaran tanduk banteng kedatotn yang merasa kepentingannya terganggu. Entah siapa yang memulai mengusulkan seorang Budi Gunawan yang "bermasalah" sehingga menjadi rumit dan merembet kemana-mana. Ditengarai ada beberapa petinggi PDIP yang sangat mati-matian membela Budi Gunawan, Ada apa sebenarnya/ Apa mereka ada deal-deal politik yang biasa disebut "mahar" jika mencontohi PKS. Kenapa jadi PDIP meniru PKS yang notabene tidak disukai publik karena menerapkan "mahar" dalam setiap pencalonan pejabat yang diusung PKS? Cara-cara licik seperti itu terbukti tidak barokah dan akan terbongkar semuanya. Jika memang ada "mahar" antara PDIP dan BG maka sungguh sangat memalukan. Apakah mahar itu sudah diterima oleh ketum Partai atau hanya melalui petinggi yang terlihat ngotot membela BG di media? Apakah Ibu Mega tidak tahu itu ata malah tahu sehingga beliau diam saja dan belum memberikan tanggapannya sebagai ketum Partai berlambang banteng dengan moncong putih itu. Isu rumah kaca sepertinya hanya fitnah yang sering kita baca di web pkspiyungan yang sering menyerang pribadi Jokowi. Kenapa cara itu diadopsi oleh "oknum' PDIP untuk menyerang Abraham Samad? Pertama serangan dengan foto mesra yang terbukti palsu. Bahkan saya menduka tulisan rumah kaca itu juga hanya rekayasa atau karangan fiksi murahan untuk menyerang Abraham Samad. Publik bisa saja percaya jika dulu memang Abraham Samad digadang-gadang untuk menjadi wapres mendampingi pak Jokowi. Saya tidak yakin seorang Abraham Samad berlaku dendam karena tidak jadi dicalonkan. Seperti yang dikatakan salah seorang petinggi PDIP yaitu Hasto. Saya juga tidak mempercayai itu. Bisa jadi seorang Samad kecewa. Siapapun juga akan kecewa jika punya ambisi tapi gagal mencapainya. Namun jika benar Abraham Samad berbuat "nista" dengan berlaku dendam dan menetapkan BG sebagai tersangka sebagai pelampiasan dendamnya? Sungguh lucu dan blunder besar dan sangat mempertaruhkan kredibuilitas Samad sebagai ketua KPK yang bersih jujur dan berwibawa. Drama terus berlanjut, semakin seru dan bikin penasaran khas sinetron Indonesia. Publik  hanya bisa menunggu dan bertanya-tanya.Apakah Samad akan lepas dari ujung tanduk banteng yang merasa terganggu ladang "rumputnya". Apakah ini akan berimbas kepada seorang Presiden Jokowi yang terkena getah dari semua kejadian yang tak jelas ujung pangkalnya? Jika lah benar bahwa Abraham Samad melakukan deal-deal kepada petinggi PDIP saat dirinya ingin dicapreskan maka ini adalah korupsi terbesar dan tak pantas dilakukan oleh seorang Samad sebagai ketua KPK. Konon hanya dengan menerima hadiah kecil saja seorang pejabat sudah bisa terkena kasus gratifikasi konon lagi melakukan seperti yang dituduhkan oleh Abraham Samad. Salam Jumat Keramas... Artikel Terkait. Artikel 1. Artikel 2. Artikel 3.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H