Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Strategi Pak Jokowi Tangani Kisruh KPK vs Polri

13 Februari 2015   07:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:17 3835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Presiden Jokowi/Kompas.com"][/caption] Banyak yang terkecoh dengan langkah-langkah Presiden Jokowi yang seakan "lelet" dalam penyelesaian kasus KPK Vs Polri. Pak Jokowi yang biasanya sigap dan cepat dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang menyangkut rakyat banyak. Kini pak Jokowi terkesan sangat hati-hati. Ya memang pak Jokowi sedang menjalankan strategi mengambil "rambut dalam tepung". bagaimana caranya agar rambut bisa disingkirkan dan tepung tidak berserakan? Tak bisa serta merta pak Jokowi mengacak-acak tepung hanya untuk menyingkirkan rambut-rambut yang juga berserakan diantara tepung untuk dibuat kue yang enak tanpa adanya rambut yang bisa tertelan bagi penikmat "kue" buatan pak Jokowi yaitu rakyat. Proses praperadilan BG sudah dijalankan tinggal menunggu keputusan. Pak Jokowi harus menghormati proses yang sedang berjalan. Apapun hasilnya BG sudah bisa dipastikan tidak akan dilantik menjadi Kapolri. Sehingga jika proses ini selesai maka status BG sebagai tersangka tetap melekat pada dirinya dan gugurlah beliau menjadi cakapolri. Dengan demikian pak Jokowi bisa leluasa  mencalonkan nama-nama lain yang diajukan Kompolnas. Dari nama-nama itu pastilah ada yang memenuhi kriteria paling sedikit "dosa" masalalunya. Dan yang penting statusnya jelas dan tidak menjadi tersangka KPK seperti BG. Pak Jokowi ingin memenangkan semua pihak terutama rakyat, KPK dan Polriserta PDIP . Tanpa kita sadari strategi pak Jokowi mengurai rambut dalam tepung ini menjadikan beliau bisa mengetahui siapa orang-orang yang bermasalah dan tidak bermasalah. Hal ini nantinya akan menjadikan lembaga penegak hukum terutama KPK dan Polri akan dipimpin oleh orang-orang yang benar-benar bersih dari masalah masa lalu. Walau terkesan lelet, pak Jokowi tak ingin "grasak grusuk" karena taruhannya adalah kredibilitas beliau sebagai Presiden. Banyak pengamat yang "geram" karena keleletan pak Jokowi. Banyak yang menganggap ini masalah sepele. Padahal mereka tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi. Banyak pengamat politik yang memberi saran-saran yang menjerumuskan pak Jokowi. Mengapa saya katakan menjerumuskan? Pak Jokowi harus hati-hati dan saya yakin pak Jokowi juga tahu bahwa saran mereka-mereka menjerumuskan beliau agar gampang dimakzulkan jika menjalankan saran-saran "ngawur" mereka. Kengawuran yang menyarankan secepatnya pak Jokowi melantik kapolri baru, sangat berbahaya karena BG sedang dalam praperadilan sesuai dengan haknya sebagai warga negara untuk meminta praperadilan itu. Jika pak Jokowi melantik orang lain ditengah proses praperadilan BG, maka bisa-bisa pak Jokowi dituduh tidak menghormati proses hukum yang sedang berlangsung. Hal ini bisa merembet kepada hal-hal yang tak terduga dan bisa berimbas kepada pemakzulan. Menurut saya strategi Pak Jokowi kali ini untuk memenangkan semua pihak yaitu rakyat, KPK,Polri dan PDIP  yang notabene mengawali kemelut ini. PDIP yang notabene adalah parpol pendukung pak Jokowi sebaiknya mulai "insyaf" agar tidak ditinggalkan para pemilihnya. Jika masih terus memaksakan kehendak untuk mencalonkan BG menjadi Kapolri, maka jangan salahkan jika pak Jokowi nantinya membentuk partai baru. Ini bisa saja terjadi. Pak Jokowi kalau mau saja bisa melakukan itu. Ingat bahwa di Pileg kemarin banyak yang mencoblos PDIP karena ada pak Jokowi yang dicapreskan oleh Ibu Megawati. Jika tidak suara PDIP bisa dipastikan jeblok. Walau saya pernah menulis Pak Jokowi Jangan Jadi Kacang Lupa Kulit, namun jika ibu Mega tidak bisa "mendidik" kader-kadernya yang terus merongrong pak Jokowi termasuk putri beliau sendiri, maka jangan salahkan jika pak Jokowi tak menuruti saran saya dan beliau akan mendirikan partai baru. Artikel terkait: - Artikel 1. - Artikel 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun