Mohon tunggu...
Gunawan
Gunawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sekedar ingin berbagi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pindah ke Istana Bogor, Jokowi Hindari Megawati

16 Februari 2015   10:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:07 1555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto menemui Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Kamis (29/1/2015)/Kompas.com"][/caption] Berita di Kompas.com hari ini yang menempati paling terpopuler pertama adalah terkait perpindahan Presiden Jokowi dari istana Merdeka Jakarta ke Istana Bogor. Dalam berita itu seorang pengamat politik mengatakan bahwa pak Jokowi pindah ke istana Bogor untuk menghindari Teuku Umar. Teuku Umar adalah nama jalan tempat berdomisilinya ketum PDIP yaitu ibu Megawati. Seorang pengamat politik yang juga seorang dosen Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio menyebut, ada maksud dan makna tertentu yang hendak disampaikan Presiden melalui perpindahannya itu. "Rencana kepindahan Jokowi ke Istana Bogor kan simbol komunikasi khas Jokowi, berencana menjauhi Teuku Umar," kata dia kepada Kompas.com, Sabtu (14/2/2015). Bisa jadi perkataan pengamat itu ada benarnya, soalnya selama kemelut KPK-POLRI terbukti ibu Mega adalah orang yang tak pernah memberikan pernyataan politiknya di Media. Beliau bungkam seribu bahasa yang membuat para pendukung pak Jokowi geram dengan kebungkamannya itu. Hal itu telah ditulis oleh seorang kompasianer di sini. Apalagi ditambah komentar-komentar para kader PDIP yang terkesan merongrong kewibawaan seorang Presiden Jokowi yang notabene diusung oleh PDIP. Misalnya Effendi Simbolon ketua DPP PDIP selalu menyerang dan mengkritik kebijakan presiden Jokowi. Hal ini terkesan seolah-olah PDIP bukan partai penguasa tapi seperti oposisi saja. Apalagi Puan Maharani yang notabene seorang menteri tapi sangat lantang mengatakan bahwa Presiden Jokowi adalah petugas Partai dan mempersilakan membuat partai sendiri. padahal kita semua tahu kalau pak Jokowi tak menjadi Presiden belum tentu Puan bisa jadi menteri seperti sekarang ini. Semua kejadian-kejadian diatas memang menunjukkan bahwa hubungan Jokowi-Megawati mengalama "deadlock". Hal ini disebabkan Mega masih menganggap pak Jokowi hanya sebagai petugas partai yang bisa diatur semau gue. padahal kan pak Jokowi adalah seorang Presiden yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat diatas kepentingan pribadi dan golongannya. Tapi bisa saja kepindahan pak Jokowi ke istana Bogor adalah untuk mencari suasana baru yang lebih sejuk dan menikmati udara yang masih bersih ketimbang di Jakarta yang sumpek dan tingkat polusinya yang tinggi. Ditambah lagi sekarang ini Jakarta lagi musim banjir. Sebenarnya hak presiden mau menempati istana yang mana, yang penting beliau bekerja untuk rakyat dan bisa menjalankan tugas-tugas beliau dengan lancar dan nyaman. Namanya juga pengamat politik sah-sah saja berandai-andai bahwa presiden Jokowi pindah ke istana Bogor untuk menghindari Megawati. Untuk apa pak Jokowi menghindari Megawati? Bisa saja beliau jenuh karena selalu diomeli sama ibu Mega. Emangnya ibu Mega suka mengomel ya, padahal kan beliau tak pernah bersuara di media. Ibu Mega memang terkesan pelit bersuara di media. Tapi dari bentuk bibirnya yang tipis beliau itu sangat cerewet. Pak Jokowi mungkin saja selalu dicereweti beliau karena masalah BG yang tak kunjung dilantik. Kecerewetan itu tak nampak kepermukaan tapi ditunjukkan melalui kader yang lain seperti Puan Maharani, Hasto Kristianto, dan Effendi Simbolon. Jika hal ini terus dipaksakan dan ibu Mega dan kader nyinyirnya tak berhenti menyerang pak Jokowi sekan-akan mereka itu pihak oposisi, maka jangan disalahkan jika pak Jokowi pada suatu hari nanti akan hengkang dari PDIP dan membentuk partai baru bersama Projo. Projo yang selama ini hanya sebagai organisasi nonformal bisa bermetamorfosis menjadi partai politik sebagai tunggangan baru presiden Jokowi untuk melanjutkan kepemimpinannya sampai 2 periode. Semoga saja. Refenesi: - Artikel 1 - Artikel 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun