Mohon tunggu...
Gumawang Jati
Gumawang Jati Mohon Tunggu... Administrasi - Suka sepi

Akupun akan diam dalam sunyi.....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untaian kata lanjutan (Myeong-dong) part 2

20 Agustus 2011   17:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:36 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bagi banyak orang yang suka berjalan jalan kala di Seoul pasti menyempatkan mampir di jantung kota.

Denyut nadi pertokoan, restoran, salon dan kosmetik menghidupkan jiwa sang pelancong.

Ada banyak yang bisa dilihat dengan mata

Ada banyak yang bisa dinikmati dengan hati

Toko toko ‘branded’ bertebaran dengan diskon yang menarik. Gadis gadis dan remaja keluar masuk toko. Melihat lihat mode yang mutakhir.

Orang orangyang lalu lalang, sibuk dengan pikiran masing masing, tetapi terkesan ramah dan sopan.

Ada unsur pop yang rapi, meriah dan renyah. Ada pancaran rona wajah yang klasik patuh pada tradisi.

Tak jauh dari jantung kota bisa memapir ke Katedral yang berarsitek ‘Gothic’, yang menggambarkan 200 tahun masuknya para misionaris ke Korea. Ada kampong Namsangol hanok Village dan kali Cheonggyecheon yang mencerminkan tradisi yang kuat.

Semua tertata rapi, bersih dan apik.

Ditengah hiruk pikuknya jantung Seoul, aku dan dua sahabat berjalan jalan

Menikmati langit yang tidak lagi biru tetapi sedikit berukirkan mendung yang kadang mengucurkan gerimis.

Setelah mengikuti irama degup jantung, alias keluar masuk toko

Terdamparlah di sebuah warung kopi

Tak terukur waktu, kita berbincang dengan renyah

Tentang music, dari hip hop Yogya yang sarat dengan sindiran dan kejenakaan sampai hip hop Inggris Tony Ishola. Tentang music degub jantung masing masing tanpa tedeng aling aling.

Sesekali menyruput kopi kita bercengkerama.

Seorang tema sibuk dengan bidikan kameranya, teman yang satu sibuk berpose dengan senyumnya yang khas menunggu bunyi kamera ber’jepret’.

Terselip diskusi serius tentang pendidikan, impian dan keinginan yang melangit.

Tapi yang paling berkesan adalah cerita cerita dalam bahasa universal

Bahasa tatapan mata yang tulus dan lugu apa adanya

Bahasa senyum yang susah diterjemahkan

Bahasa tawa renyah penuh makna

Bahasa denyut jiwa tak terlupakan

Beriningan dengan denyut nadi Myeong-dong

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun