Mohon tunggu...
Hotdi Gultom
Hotdi Gultom Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di IPB University

Hobi Nulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Balada Jeritan Petani

7 Januari 2025   12:38 Diperbarui: 7 Januari 2025   12:38 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di bawah langit yang sama, kami berdiri,
Menabur harapan di ladang yang sepi.
Dengan cangkul dan doa yang tak henti,
Kami merawat bumi, memberi hidup ini.

Namun, dengarkanlah jeritan kami, wahai penguasa,
Saat hasil jerih payah tak mampu membayar asa.
Harga panen runtuh, mimpi pun patah,
Di tengah janji yang hanyut dalam derasnya gelombang pasrah.

Kami menjaga tanah ini dengan cinta,
Namun sering terpinggir di meja-meja kuasa.
Di mana hak kami atas tanah subur ini?
Mengapa beban hidup terasa tak bertepi?

Anak kami pergi, meninggalkan desa,
Mencari arti hidup di kota yang bercahaya.
Sedang kami di sini, bergelut dalam derita,
Menunggu keajaiban dari kata-kata penguasa.

Wahai pemimpin, bukalah telinga,
Jerit kami bukan hanya sebuah cerita.
Kami adalah akar negeri ini,
Namun kerap terlupakan di tengah hiruk ambisi.

Dengarkanlah jeritan petani ini,
Yang menjaga negeri dari hulu ke tepi.
Berikan tempat bagi kami untuk berdiri,
Di tanah air sendiri, tanpa harus menangisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun