Setelah aku terjatuh jauh di dalam hatimu, tenggelam dalam nikmatnya cinta yang kau suguhkan kepadaku, aku terhanyut dan terbuai oleh kasih sayangmu, hingga aku lupa bahwa sakit itu sungguh memilukan.
Ternyata perpisahan itu adalah sesuatu yang nyata, terjadi ketika aku larut di dalam riak cintamu, jatuhnya cintaku di antara hijau-hijau dedaunan, air mata menemani kesepian yang kau berikan.
Hati terpecah seketika, bak dihempas gelombang yang marah, kenikmatan yang kau beri hanya sementara, bersama angin aku harus terbang dan meninggalkan sebuah keindahan itu.
Aku malu, aku terpisah dengan sesuatu yang telah kuanggap bahagia, rasa berderai menjadi puing-puing penuh darah, air mata jatuh membasahi bumi, terlalu singkat kebahagiaan ini.
Apa artinya kau menjamuku selama itu, sedangkan harapan telah terpaku di dalam hati, namun entah kekejaman ada di dalam hatimu, meninggalkan aku tanpa sebab yang tidak kau katakan.
Akhirnya, aku terluka di dalam candu yang telah menyatu di dalam dadaku, sepertinya ini sakit yang sangat parah terhadapku, jatuhnya cintaku bukan karena apa-apa, namun karena unsur kenapa.
Sei. Likian, 24 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H