Mohon tunggu...
Goel A Pahit
Goel A Pahit Mohon Tunggu... Freelancer - Lauik sati rantau batuah

Pembaca, suka menulis dan cinta akan dunia literasi. Saya bercita-cita mendirikan pustaka baca gratis untuk desa kelahiran saya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Senja di Sebelah Pabrik Tua

2 September 2020   01:00 Diperbarui: 2 September 2020   01:00 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bising suara-suara pabrik, suara-suara bocah menangis memanggil bapaknya. Seorang perempuan muda marah-marah pada anaknya, para bapak terus berjalan menuju pabrik untuk bekerja.

Asap hitam membubung ke udara, suara letupan api sudah biasa di telinganya, polusi menjadi sarapan pagi olehnya, tanggal tua adalah hal yang paling ditakutinya.

Senja di sebelah pabrik tua, bekerja dan mengabdi demi secuil nafkah. Mata yang sayu, tulang yang lemah dan tenaga terforsir karena tuntutan rasa, pabrik tua menjadi tempat menyambung asa.

Senjanya hari, senjanya usia, hingga telinga mulai tuli karena hempasan baja dan baja. Waktunya habis di antara debu-debu pabrik tua, namun tidak ada kata lelah, demi asa yang selama ini hanya asa.

Sei. Likian, 01 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun