Mohon tunggu...
Nailul Fauziah
Nailul Fauziah Mohon Tunggu... -

Seorang yang bermimpi jadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan di Mimpi

17 Februari 2015   15:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:03 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semesta bicara tanpa bersuara
Semesta ia kadang buta aksara
Sepi itu indah, percayalah
Membisu itu anugerah

“Ramai tak berarti tawa dan bahagia, ada saatnya, ada waktunya kau akan merasakan sendiri hanya ditemani sepi dan senyap tapi kau tetap bahagia”.

Katamu suatu hari di sore yang ditemani angin berhembus, bunga-bunga berlari mengejar tempat bersembunyi, debu berkejaran mencari tempat tenang, dan kita duduk manis di bangku taman. Kau mengibaskan rambut panjangmu sebab angin begitu nakal menutupi mata indahmu.

Mengapa begitu?

Tanyaku penasaran, wajah penuh tanya yang ingin segera mendapat jawaban.

Em, karena....

Angin semakin kencang berhembus, suaramu ikut hilang bersama gemuruhnya.

Aku tak mendengar suaramu.

Kataku sedikit berteriak, dan kita dihujani daun yang berguguran.

Angin berhenti sejenak, kau mengeraskan tanganmu di pundakku, seolah khawatir angin membuat kita jadi berjarak.

Karena setiap orang butuh waktu untuk sendiri.

Katamu berbisik lembut di telingaku.

Seperti hadirmu di kala gempa
Jujur dan tanpa bersandiwara
Teduhnya seperti hujan di mimpi
Berdua kita berlari

Sore itu hari begitu damai, meski angin tak berhenti berhembus, tapi damainya mengantarkanku pada satu titik kesimpulan, menghabiskan sore bersamamu memang tak akan pernah usai, sebab aku ingin setiap sore selalu bersamamu.

Apa kau masih ingin tetap disini?

Tanyaku, hanya ingin memastikan kau tetap bahagia bersamaku.

Tentu saja, aku tidak masalah angin terus berhembus kencang dan daun menghujani kita tanpa segan, sebab aku tak sendirian.

Jawabmu dengan senyum menggodaku.

Terimakasih sudah ada, sudah hadir dalam hidupku.

Bisikku lembut di telingamu.

Dan aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ih geli... dasar jail.

Begitulah dirimu, gadis manis sederhana yang sudah membuatku bahagia.

Semesta bergulir tak kenal aral
Seperti langkah-langkah menuju kaki langit
Seperti genangan akankah bertahan
Atau perlahan menjadi lautan

Untuk itu kuminta bertahanlah bersamaku, melalui semua hal-hal yang baik dan tidak baik di dunia ini. Sebab bersamamu aku yakin bisa melaluinya.

Ayo.

Katamu bersemangat.

Kemana?

Tanyaku lugu.

Katanya ingin melalui semua hal di dunia ini bersamaku? Ayo, kita akan memulainya sore ini.

Jawabmu dengan wajah yang lucu.

Kamu maunya kemana?

Tanyaku bersemangat.

Seketika itu juga kamu berdiri menarik lenganku.

Ayo, kemana saja asalkan bersamamu.

Benar-benar sore yang damai dan manis, asalkan bersamamu aku bisa melalui semuanya. Sebab bersamamu seperti menikmati hujan dalam mimpi, damai dan membahagiakan.

Pakpayoon, Thailand.

Terinspirasi dari lagu hujan dalam mimpi_Banda Naira.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun