Mohon tunggu...
Galuh Garmabrata
Galuh Garmabrata Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Untirta

Selanjutnya

Tutup

Nature

Masalah Banjir, Masalah Kita Semua

3 Desember 2013   11:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:23 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Memasuki musim penghujan, ada satu momok yang membuat kita khawatir. Apalagi di sebagian wilayah pulau Jawa bagian barat terutama DKI Jakarta, memang biasa menghadapi dan menjadi “korban” dalam situasi seperti ini. Banjir! Bencana yang sudah menjadi hal biasa di Indonesia. Penyebabnya adalah telah tidak berfungsinya berbagai jenis kawasan lindung untuk menyerap air serta terhambatnya aliran air ke laut oleh berbagai sebab, termasuk lama waktu air laut pasang.

Berbicara mengenai penyebab bencana ini, sebenarnya tingkah laku manusia dan keadaan alam saling berpengaruh. Oleh karena itu dengan menyebutkan salah satu faktor timbulnya masalah ini, bisa dikatakan tidak fair. Dalam menyikapi hal ini, kembali lagi bagaimana kita memandang persoalan dari peristiwa ini. Peran alam terhadap banjir, tentunya terletak pada faktor frekuensi curah hujan dan kita harus mampu memprediksi kapan terjadinya banjir sehingga dapat mengantisipasi apabila gejala alam ini terjadi.

Seringkali kita mendengar kalimat atau pernyataan “banjir adalah masalah yang harus kita semua pertanggungjawabkan”. Tentunya kalimat ini akan menjadi nyata apabila tidak diartikulasikan secara salah. Karena seperti yang kita lihat, realisasi dari perseorangan dalam memperlakukan alam dengan tidak baik malah semakin hari semakin meningkat. Katakanlah dari hal terkecil, seperti membuang sampah di sungai hingga penebangan pohon secara liar marak dilakukan dimana-mana.

Terutama di daerah Ibukota, yang notabene sudah menjadi langganan banjir tiap tahunnya. Hujan sebentar saja, banjir langsung meluap. Dalam sebuah kasus yang saya sendiri alami misalnya, saya pernah mencari tempat tinggal sementara (kost) di bilangan Palmerah, Jakarta Barat. Kondisi tempat kost terletak di pinggiran sungai. Pemilik kost sendiri yang mengatakan, untuk membuang sampah biasanya dilakukan di aliran sungai tersebut. Saya sempat tercengang. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat masih sangatlah kurang, apalagi mereka juga yang akan jadi korban apabila banjir meluap.

Jadi, selain peristiwa alam, dibutuhkan kepekaan masyarakat untuk sama-sama menghadapi dan menanggulangi “tamu” yang selalu hadir terutama di musim hujan. Selain itu pemerintah juga dapat lebih memperhatikan lagi dalam penyelesaian masalah ini. Seperti pengadaan kanal banjir, atau penempatan bak sampah serta tempat pengolahannya, agar masyarakat dapat memperlakukan sampah dan alam dengan bijak. Tapi sekali lagi perlu ditekankan, kesadaran manusia sangat penting dalam penanggulangan masalah ini. (GaluhGarmabrata/Untirta)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun