Mohon tunggu...
Kraeng Guido
Kraeng Guido Mohon Tunggu... Petani - Petani Cengkeh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pembudidaya Tanaman Cengkeh | Senang dengar lagu band Jamrud, Padi dan Boomerang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Toka" Tradisi Orang Manggarai dalam Menangkal Hujan

3 Juni 2019   14:33 Diperbarui: 3 Juni 2019   14:42 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pawang hujan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan

Indonesia yang kita cintai ini memang kaya akan suku dan budaya-budayanya. Seperti halnya kami Orang Manggarai yang masih sangat kental dengan kehidupan budayanya. Semua itu mencerminkan orang Manggarai sangat dekat dengan Pencipta yang kami sebut sebagai Morin Agu Ngaran( Tuhan sang pencipta), dekat dengan alam dan seluruh keutuhan ciptaan.

Kedekatan tersebut kami tunjukkan dengan berbagai ritus-ritus budaya untuk memperoleh kemurahan Tuhan, Wura agu Ceki.  Kami mempercayai, segala sesuatu yang ada di bumi ini hadir atas dasar kehendak Yang Kuasa. Karena semuanya milik Ilahi, termasuk hujan ini tadi. 

Menjelang pertengahan tahun maupun diakhir tahun intensitas hujan memang sedang tinggi-tingginya. Terlebih di Indonesia ditemukan banyak hutan hujan tropis dengan curah hujan sedang-tinggi.

Hujan merupakan anugerah Tuhan yang ditumpahkan kepada manusia, bukan? Bagi para petani terutama, hujan menjadi berkah tersendiri yang fungsinya untuk pengairan sawah. Akan tetapi, di satu sisi hujan bisa menjadi hal yang tak disukai bahkan kalau bisa dihindari saja. Misalnya, untuk orang yang akan menggelar hajatan atau acara besar seperti Penti (syukuran kampung), pesta pernikahan dan sekolah, acara adat, hari-hari raya keagamaan, kampanye politik, syukuran keluarga dan seterusnya.

Lazimnya, pada musim tuai/panen, orang Manggarai menggelar Toka (menagkis hujan). Toka sebenarnya tradisi meminta kepada Dewa Bayu agar gumpalan awan di langit ditiup pindahkan ke tempat lain agar Dewa Surya tidak dihalangi dan aktivitas penuaian berjalan lancar.

Ritual Toka ini dilakukan oleh seorang pawang(hujan) ditempat tertutup dan sepi. Memang tidak sembarang orang pula yang memiliki keahlian ilmu seperti ini. Penulis juga kurang tahu persis berkaitan dengan mantra atau semacamnya, tapi konon si pawang hujan ini harus pantang bersentuhan dengan air sesudah melakukan ritualnya itu.

Hujan lebat dalam ucapan bahasa Manggarai disebut usang mese. Adapun juga hujan es bagi orang Manggarai disebut usang bua. Ya meskipun dari dulu belum ada sejarahnya terjadi hujan es di manggai (hehe). Dan, menurut kepercayaan orang Manggarai, hal itu akan membawa hasil panen yang melimpah.

Nah, itulah cara yang sering dilakukan oleh masyarakat Manggarai untuk menahan turunnya hujan. Fenomena ini mungkin tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, tapi di Manggarai sendiri hal ini sudah mendarah daging dan pasti dilakukan saat menyelenggarakan acara besar, terutama jika memang lagi musim hujan menyambang.

Referensi lain: melky-pantur.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun