Kokor gola merupakan tradisi Orang Pacar, kecamatan Pacar, yaitu mengolah air enau menjadi gula merah. Bukan hanya di desa saya saja, pengolahan serupa terjadi di beberapa kecamatan tetangga, yaitu di daerah Kolang kecamatan Kuwus, Kuwus Barat, Ndoso, dan Macang Pacar, Mabar-NTT.
Tradisi pengolahan air enau ini sudah menjadi ikon pariwisata, mengingat banyaknya wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung dan menyaksikan sendiri proses penyulingannya.
"Kokor gola" secara harafiah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah "kokor" berarti masak dan "gola" artinya gula yang berwarna merah. Jadi kokor gola berarti memasak gula merah dengan bara api. Dan biasanya kegiatan kokor gola tersebut dilakukan di "Sari" sebutan kami untuk pondok kecil yang ada di kebun.
Dulu, nenek moyang kami tidak mengenal adanya gula pasir saat menyuguhkan minuman kepada tamu, baik itu untuk pemanis kopi mupun teh hangat. Tapi dengan menggunakan gula merah, gula tradisional yang diolah dengan tangan sendiri ini.
Dikisahkan secara lisan bahwa para perajin awal mengenal cara mengolah air enau menjadi gula merah yang dikenal sebagai "gola malang"dengan berbagai kisahnya.
Konon awalnya, dijelaskan bahwa bermula dari hewan ternak yang selalu berada di bawah pohon enau atau aren (Arenga Pinnata) dan selalu minum tetesan air pohon enau. Pemilik hewan ternak melihat bahwa begitu banyak hewannya yang selalu berada di sekitaran pohon enau dan melihat tetesan air enau itu.
Saat itu pula pemilik memikirkan bahwa mengapa hewan peliharaannya selalu meminum tetesan air yang selalu keluar dari pohon enau/aren tersebut. Kemudian pemilik hewan tersebut coba merasakan air aren tersebut. Dan ternyata rasa air enau itu manis. Dan sejak saat itu dia mencari cara untuk mengolah air enau tersebut.
Sejak kejadian tersebut keberadaan pohon enau/aren ini mulai diperhatikan dan jarang ditebang sembarangan. Hingga sampai saat ini masih banyak pohon enau yang tumbuh liar di hutan maupun di perkebunan di desa kami dan sekitarnya.
Meskipun tidak ada sejarah tertulis dari kisah ini, tapi orangtua di kampung saya terus menurunkan cerita lisan ini kepada setiap generasi supaya arti penting filosofi pengolahan air enau menjadi gula merah ini.
Menurut Ame (kakek) saya, air enau yang bening (Wae Minse) dan gula merah dapat mencerdaskan otak anak apabila jika dikonsumsikan oleh mama-mama hamil. Selain itu juga menggantikan fungsi madu saat anak sedang sakit bahkan bisa menyembuhkan maag.