Mohon tunggu...
Kraeng Guido
Kraeng Guido Mohon Tunggu... Petani - Petani Cengkeh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pembudidaya Tanaman Cengkeh | Senang dengar lagu band Jamrud, Padi dan Boomerang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Petani Tidak Boleh Serakah

11 Maret 2019   13:36 Diperbarui: 11 Maret 2019   13:58 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hemat saya, bertani itu soal prinsip merawat keseimbangan antara aktivitas memberi dan menerima. 

Sebuah prosedur kerja patungan yang idealnya berlangsung adil antara manusia dengan aset-aset yang tersedia di alam, yang kepadanya manusia bergantung. Begitu ada komponen yang dicederai, kerja patungan yang dimaksud itu limbung, kehilangan keseimbangan.

Perkebunan, pada prinsipnya, tak berbeda jauh dengan hutan alam, setidaknya dari sisi persyaratan minimal yang dibutuhkan manusia sebagai daya dukung terhadap ekosistem. Yang membedakan, terutama, adalah ketika pada perkebunan ditambahkan kata "industri".

Industri perkebunan dibangun berlandaskan konsepsi ekonomi manusia, dalam konteks pertanian, untuk tujuan peningkatan kesejahteraan. Teorinya begitu. Di wilayah praktik, yang jamak terjadi adalah, kita merangsek terlalu jauh, banyak membekaskan cacat pada bangunan yang awalnya kita niatkan mulia tadi dengan tindak eksplotatif berlebihan.

Kita mengambil melampaui satuan ambang batas dan tak sebanding dengan jumlah wajib yang sepatutnya kita kembalikan atau beri.

Yang umum terjadi, gairah memanen (mengambil) selalu lebih menggebu-gebu dibandingkan dengan kesediaan menunaikan kewajiban mengembalikan sejumlah massa yang hilang tadi. Hal ini mudah dimaklumi, sebab bukankah secara naluriah kita memang lebih nyaman mengambil ketimbang memberi (mengembalikan)?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun