Ada sebuah fenomena lazim di tengah masyarakat pedesaan yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani, yakni ketika dihadapkan pada fluktuasi harga jual komoditas.
Reaksi petani bermacam-macam. Ada yang girang ketika harga naik. Ringkih ketika anjlok. Bahkan ada yang membacot nggak karuan.
Begitulah. Apa yang dirasakan perlu juga didemonstrasikan, tidak dibiarkan mengendap dalam-dalam.
Seperti halnya para petani di Desa Pacar, Manggarai Barat.
Saat ini, ada dua kelompok petani yang sedang intens terhadap informasi harga jual komoditas pertanian. Yaitu, petani porang dan petani cengkeh.
Khusus petani porang misalnya, tahun ini mereka patut tersenyum lebar lantaran harga jual porang kembali bergairah. Selepas terjungkal selama beberapa tahun ke belakang.
Lebih lanjut, kenaikan harga umbi porang di tengah petani Pacar, mulai menggeliat pada pertengahan tahun 2024 ini. Ditandai naik dari Rp 2,500 per kilo garamnya (kg) pada Juni hingga Rp 8,500 Agustus ini.
Per Rabu 21 Agustus, misanya, sekilo umbi porang dibeli dengan harga Rp 9.000. Kemungkinan akan mengalami kenaikan harga pada beberapa bulan ke depan.
Di satu sisi, tren positif harga porang ini sebagai penanda kebangkitan ekonomi masyarakat arus bawah yang selama ini bergantung pada komoditas porang.
Lain cerita petani cengkeh. Tidak ikut merasakan kebahagiaan yang sama dirasakan petani porang.