Tulisan ini hadir sebagai dasar epistemologis, sikap dan pilihan dalam melihat perilaku petani agribisnis terhadap pembangunan pertanian di negeri ini.
Tersebab logika yang dibangun adalah sektor pertanian kita ke depan harus berprinsipal agribisnis berkebudayaan industri.
Pertama-tama, mari kita sibak dulu apa yang dimaksud dengan konsep agribisnis dalam sektor pertanian. Saya kira, pengetahuan akan hal itu dirasa penting sebagai pondasi dasar dalam penerapan perilaku petani berwawasan agribisnis.
Dalam penerapan agribisnis pertanian, petani sebagai pelaku diharapkan mampu memiliki wawasan dan/atau pengetahuan agribisnis seperti, misalnya, menjadikan sektor pertanian sebagai lapangan usaha-kerja yang mampu menghasilkan barang/jasa guna memperoleh nilai tambah yang maksimal secara kompetitif (Adjid, 1995). [1]
Berikut wawasan agribisnis tersebut diharapkan mampu menimbulkan sikap, perilaku dan tentu saja motivasi tersendiri bagi petani dalam mengembangkan usaha pertanian.
Berbicara soal perilaku petani dengan menggunakan pendekatan agribisnis, tentu saja sangat dibutuhkan di zaman kiwari atau apabila melihat potensi ke depannya.
Di mana petani lebih diharapkan untuk mampu memanfaatkan SDA secara tepat, menekankan pada efisiensi, efektif dan produktivitas, melek teknologi (IPTEK), keunggulan mutu barang/jasa, dlsb.
Di sisi lain misalnya, Solahuddin (1992) mengidentifikasi ciri etos kerja SDM petani agribisnis berkebudayaan industri, yakni kerja keras, hemat, cermat, bekerja sama, bertanggung jawab, menghargai waktu, menghasilkan produk yang baik, berorientasi pada permintaan pasar/konsumen, dlsb. [2]
Pengetahuan agribisnis sangat urgen bagi petani karena bertalian dengan paradigma pembangunan pertanian yang berorientasi pada kemandirian petani, yang meletakkan petani sebagai subjek sekaligus objek pembanguan guna memperdayakan ekonomi petani.
Beberapa bulan yang lalu, saya sempat dimintai oleh beberapa perangkat desa untuk membantu merumuskan program pemberdayaan ekonomi petani, kelompok tani di reksa wilayah perdesaan.
Saya begitu bersemangat, lantaran jarang-jarang kucuran dana desa dialokasikan untuk pembangunan pertanian. Artinya, mereka (para pemerintah desa) sedemikian sadar bahwa sektor pertanian memainkan peranan penting sekaligus menjadi soko guru perekonomian desa.