Selamat malam para perokok. Sudah sebats berapa batang hari ini? Hahaha
Santai, kawan. Sama, saya juga perokok.
Seharian ini karena terlalu banyak informasi seputar bahaya merokok yang menyesaki kepala, akhirnya saya sampai pada sebuah pertanyaan;"apakah saya harus lanjut atau berlahan-lahan berhenti merokok?"
Sebenarnya, pertanyaan senada acapkali bergelayut di dalam batok kepala saya tatkala mendapat interupsi (untuk mengatakan awasan dan/atau peringatan) dari orangtua dan lingkungan sekitar. Tapi, ya, ujung-ujungnya gitu deh.
Saya memang pernah beberapa kali mencoba menahan diri untuk tidak lagi merokok. Yang terakhir kali kalau tidak salah ingat, ketika memasuki masa puasa prapaskah 2019.
Selama sebulan itu, saya memaksakan diri untuk memberi jarak pada rokok. Pada hari pertama, saya coba mengurangi volume hisapan. Demikian di hari kedua, ketiga dan seterusnya.
Bapa dan Mama di rumah juga ikut mensupport niatan saya itu. Tentu saja dengan diiming-imingi hadiah ini dan itu.
Dan selama sebulan berproses itu, saya merasa tak nyaman dan sumpek. Terkadang juga, kerap menguap, nafsu makan mulai hilang dan bingung mau ngapain.
Sungguh. Mirip orang bego, atau lebih tepatnya lagi 11--12 dengan ayam yang terkena penyakit.
Memang, ada begitu banyak resep berhenti rokok yang ditawarkan. Dari yang rutin meminum air kelapa campur susu, minum ramuan dari dedaunan, dlsb. Tapi, saya takut cara-cara seperti itu berimplikasi pada kemunculan penyakit-penyakit lain.