Mohon tunggu...
Guıɖo Arısso
Guıɖo Arısso Mohon Tunggu... Insinyur - ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

ᗰᗩᖇᕼᗩEᑎ

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Resolusi Pertanian 2021: Sebuah Refleksi yang Lahir dari Diskusi bersama Kompasianer

16 Desember 2020   21:42 Diperbarui: 17 Desember 2020   17:41 1376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya benar-benar tidak menyangka artikel pertanian yang saya tayangkan kemarin, Selasa (15/12) di Kompasiana, sedemikian memantik diskusi yang cukup serius dari segenap rekan-rekan Kompasianer.

Dari diskusi itu pula, saya memang menyadari bahwa selain faktor keterbatasan alat-alat pertanian dan masalah tata niaga, persoalan kepemilikan tanah dan alih fungsi lahan (konversi) juga sangat berdampak bagi eksistensi petani.

Ya. Pasti akan berdampak, lantaran petani akan kehilangan mata pencahariannya bila lahan garapan dan/atau tanah bercocok tanam sudah tidak ada lagi. Entah itu karena dijual berikutnya dialihfungsikan jadi non-pertanian, misalnya.

Setidaknya pada dua artikel sebelumnya, saya pernah menuliskan soal masalah kepemilikan tanah dan konversi lahan di sini.

**

Lebih lanjut, berkenaan sekarang ini kita hampir tiba di penghujung tahun, kira-kira seperti apa wujud resolusi kita sebagai petani di tahun 2021 mendatang?

Untuk menjawab pertanyaan sarat reflektif tersebut, tentunya masing-masing dari kita memiliki keinginan dan harapan baik terjadi di tahun yang baru.

Dengan begitu, sekadar bahan evaluasi saja, saya merasa perlu menyampaikan beberapa poin penting berikut untuk diperhatikan bersama demi keniscayaan pertanian kita di tahun yang akan datang. 

Sampai di sini, saya juga tidak ingin mendaku diri sebagai pengajar, pengkotbah, penasehat atau semacamnya. Singkatnya, sekadar obrolan ide sebagai sesama petani. Itu saja.

Saran untuk kita sesama petani:

1. Tidak perlu bergantung dengan pupuk

Pupuk yang saya maksudkan di sini adalah penggunaan pupuk kimia, pestisida, dan herbisida.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun