Saat ini rencana pemerintah pusat menyulap Pulau Rinca jadi Jurassic Park tuai kecaman publik. Saling serang dan silang pendapat semakin terang benderang dipamerkan dalam perdebatan publik.
Argumentasi dan jejak pendapat yang dibangun berbasis pada kepentingan masing-masing. Baik pemerintah dan masyarakat, misalnya mempunyai konsep yang berbeda dalam melihat orientasi pengembangan geopark yang popular dinamakan Jurassic Park ini.
Di suatu sisi, pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR, misalnya memiliki landasan pijak pada pengembangan geopark di Pulau Rinca, Labuan Bajo, Manggarai Barat, dengan konsep mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Taman Nasional Komodo dengan mengembangkan potensi yang ada dengan cara berkelanjutan.
Sementara masyarakat dengan berbagai kategori: Forum Masyarakat Peduli (FMP) dan Penyelamat Pariwisata (Formapp) Manggarai Barat, misalnya menolak rencana pengembangan ini dengan dalih bertentangan dengan hakikat keberadaan Taman Nasional Komodo (TNK) sebagai kawasan konservasi.
Singkatnya, pemerintah pusat dan (sebagian) masyarakat terpecah belah. Ada yang menerima, tak sedikit juga yang menolak rencana itu.
Menimang Konsep Pengembangan Pulau Rinca Berbasis "Jurassic Park"
Bila melihat ikhtiar pemerintah pusat ihwal pengembangan konsep geopark di sekitar TNK, tak lain masih setali tiga uang dengan visi misi pembangunan daerah yang menjadi alasan utama. Dan menurut hemat saya, alasan ini jugalah yang membuat Pemkab Manggarai Barat (Mabar) menerima dengan baik rencana tersebut.
Tersebab logika yang dibangun adalah pendapatan ekonomi menjadi muara akhir dari pembangunan itu. Logika ini pulalah yang dijadikan sebagai upaya Pemkab mengkonkritasikan program kerja yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat yang dipimpinnya.
Lalu, seperti apa konsep pengembangan Pulau Rinca berbasis Jurassic Park itu?
Melansir Kompas.com (23/01), Yori Antar Awal, sang arsitek yang ditunjuk mengerjakan desain Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas Labuan Bajo, mengatakan bahwa penetapan dan pengembangan kawasan Pulau Rinca tidak boleh mengganggu habitat Komodo.
Maka dari itu, konsep desainnya diciptakan dengan pendekatan geopark yang berkelanjutan, mirip dengan pengembangan Jurassic Park.
Dengan begitu, dalam konsep desain yang akan diterapkan, hanya satu titik yang akan dibangun struktur besar untuk melihat atraksi komodo. Ini artinya, dari 45 liang Komodo di Pulau Rinca, hanya satu liang yang bisa dimanfaatkan untuk atraksi wisata.