Sebelumnya, perlu saya luruskan di sini bahwa frasa 'Jancuk' pada judul tulisan ini sama sekali bukan bermakna umpatan dan/atau makian.
Melainkan, 'Jancuk' sebagai gabungan dari kata 'Jagung, Cengkeh dan Kopi'. Hal ini perlu digarisbawahi untuk menghindari spekulasi liar orang-orang terhadap judul tulisan ini.
Dengan begitu, bila Anda berniat membaca tulisan ini hingga tuntas, usahakan jangan terkecoh dengan tafsiran harafiah kata Jancuk. Kira-kira begitu ya.
***
Akhir-akhir ini di atas meja makan keluarga kami, selalu tersedia aneka makanan dan minuman siap saji berupa jagung, cengkeh dan kopi. Selain ada nasi dan sayur, tentu saja.
Terkhusus untuk biji cengkeh kering, sengaja dicampuradukan kedalam cairan kopi guna menambah citra rasanya. Suatu sisi, menambah kehangatan pada setiap tegukan.
Hal ini sering kami lakukan pascapanen cengkeh seperti sekarang ini.
Tentunya pula kebiasaan ini tak terlepas dari khasiat cengkeh yang mandraguna. Seperti meningkatkan kekebalan tubuh, menguatkan tulang, menjaga kesehatan sistem pencernaan, mencegah rambut rontok dan masih banyak lagi.
"Jancuk", jadikan hari lebih bergairah
Perpaduan antar jagung, cengkeh dan kopi (Jancuk), pada dasarnya adalah satu paket komplit. Bahkan sudah menjelma seperti opium depandance jenis baru (baca: senyawa yang membuat ketagihan) bagi saya pribadi.
Saya katakan 'jenis baru', ihwal hobi saya sekarang telah memasuki babak baru dari sebelumnya yang hanya ngopi plus ngudud batang rokok.