Budaya Randang a la orang Pacar dan Kolang bukan saja artefak masa lampau, melainkan masih kontekstual dan membumi hingga kini
Kepercayaan orang Manggarai tak dapat dipisahkan dengan kultur agraris yang memiliki keterkaitan yang erat antara alam dengan seluruh kehidupaan ciptaan. Kepercayaan akan keterkaitan unsur-unsur itu nyata dalam berbagai bentuk.
Bagi orang Pacar dan Kolang, Manggarai Barat, kultur agraris itu diejawantahkan dalam berbagai ritus adat tertentu. Yakni, mulai dari ritual Benso Rasi (bercocok tanam), Randang (panen), hingga upacara Penti (syukuran panen).
Di reksa wilayah Manggarai Raya (Barat, Tengah dan Timur), ke tiga ritual ini namanya berbeda-beda lagi. Ihwal lain kedaluan, lain pula konsepnya. Terkhusus untuk Dalu Pacar dan Dalu Kolang, konsep ritualnya hampir mirip-mirip.
Terkait ritus Benso Rasi, sebelumnya sudah saya ulas dalam sebuah artikel, silakan baca disini. Lebih lanjut, pada tulisan kali ini saya akan membahas tentang ritual Randang, upacara mengawali musim panen bagi orang Pacar dan Kolang.
Upacara Randang, adalah ritual yang dilakukan mengawali masa panen. Tujuan diadakannya ritual ini yakni meminta berkat dan perlindungan kepada Mori Jari Dedek (Tuhan Sang Pencipta), roh leluhur dan juga restu alam.
Dalam doa-doa asli orang Manggarai secara eksplisit disebutkan nama Tuhan, roh leluhur dan alam. Roh leluhur disini diperyacai sebagai mediasi dan/ atau perantara doa-doa yang dipanjatkan kehadirat Tuhan Maha Kuasa. Karena itu nama leluhur sering diucapkan dalam doa.
Ketika memasuki musim panen, orang Pacar dan Kolang akan mempersembahkan ela (babi) dan manuk bakok (ayam jantan putih) kepada Tuhan dan roh leluhur, agar sudi kiranya memberkati usaha selama masa panen berlangsung.
Doa-doa yang dihaturkan sedianya melalui tudak (bertutur), yang disampaikan oleh tua golo (orang yang dituakan dalam satu kampung).
Pada prinsipnya, prosesi ritual adak (adat) Randang sama seperti ritual Benso Rasi. Perbedaannya hanya terletak pada rapalan kalimat doa si penutur.