Beberapa hari terakhir ini, kita diramaikan dengan isu pemberhentian Helmy Yahya dari direksi stasiun TV berplat merah, TVRI. Konon urgensi pemberhentian yang dilakukan oleh Ketua Dewas TVRI terhadap Helmy dikarenakan tayangan Liga Inggris di TVRI yang dinilai tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
"Tupoksi TVRI sesuai visi misi TVRI adalah televisi publik. Kami bukan swasta, jadi yang paling utama adalah edukasi, jati diri, media pemersatu bangsa" pungkas Arief Hidayat Thamrin, Ketua Dewas TVRI. Dilansir dari Kompas.com.
Berangkat dari titahan Arif diatas, saya sampai pada sebuah konklusi bahwa, secara tidak langsung dia telah mendakwa tayangan liga Inggris sebagai ajang pemecah belah dan dapat merusak marwah diri bangsa.
Lalu benarkah tayangan Liga Inggris tidak layak untuk dikonsumi publik?
Sebagai peminat sepak bola yang khusyuk (meski tidak pernah menulis artikel bola) saya menilai episteme semacam ini rada-rada konyol plus cacat logika.
Saya tidak tahu apakah Arif Hidayat ini menyukai sepak bola atau tidak, karena bila dia seorang penyuka bola, saya yakin lidahnya tidak akan berucap sedemikian pincang.
Atau mungkin saja tayangan liga Inggris ini hanya sekadar dijadikan 'modus operandi' untuk menjatuhkan posisi Helmy Yahya. Naif, jika hal ini benar adanya. Sungguh Dewas TVRI dalam ini telah menyalahgunakan kekuasaannya (abusus) (1).
Saya melihatnya secara subyektif saja ya. Karena argumentasi Arif Hidayat cendrung menjadi anti-tesis dari idealisme sepak bola dimana pun didunia ini. Kita tahu, sepak bola selalu mengusung sportifitas dan kerja sama. Dan sangat ekual dengan jati diri bangsa kita yang akrab dengan semangat gotong royong.
Fakta lain juga menyuguhkan bahwa, sepak bola (liga Inggris) merupakan salah satu jenis olah raga yang begitu familiar sekarang ini. Baik untuk mereka yang berada dibelahan bumi lain, pun bagi kita di Indonesia.
Sepak bola di Liga Inggris merambah banyak penggemar di Nusantara. Banyak kita temukan barisan penggemar sepak bola ditanah air yang terbius oleh idealisme sepakbola (Barat). Oleh karena sepak bola ala Barat mengusung nilai-nilai yang edukatif. Semisalkan nilai sportifitas, kolektivitas dan kesetaraan/ say no to racism (2).