Mendekati akhir tahun 2019 ini, harga cengkeh masih terjun bebas dari taksir Bapak di awal. Bagaimana tidak, dari prediksi beliau yang mana bulan Desember ini harganya menanjak, sesekini masih belum move on juga.
Tentunya bapak saya bukanlah seorang ekonom sejati, seperti Boediono ataupun Sajogyo. Yang punya insting mendeteksi perubahan ekonomi global. Beliau hanya sekaliber pensiunan guru yang merangkap sebagai petani cengkeh di desa. Dalam taksirnya, Bapak saya berkesadaran pada konkritasi fluktuatif harga cengkeh setiap tahunnya. Yang konon, Desember ini trandnya naik.
Entahlah semuanya melesat di luar prediksi. Tapi beruntungnya Bapak saya tidak pernah mengancam Tuhan, tepatnya mengancam untuk tidak menyembahNya lagi. Ya, saking kecewanya beliau karena Sang Khalik tak kunjung mengejawantahkan doanya agar menaikan harga cengkeh.
Tapi beliau selalu mencurahkan kegalauannya kepada saya. Terlebih-lebih kaitannya dengan harga cengkeh yang terlalu terjerembab itu.
"Ini harga cengkeh, kapan naik su ee? Padahal su bulan Desember ni!" Pekiknya dengan nada datar
"Tidak tahu lagi Bapa. Kita tunggu Januari (2020)saja. Siapa tahu ada kenaikan dan perbaikan harga nanti to" tandas saya
"Tunggu-tunggu terus saja ee.. Saya over murah sudah nanti ni barang" Pungkasnya lagi
"Jangan dulu ko.. Bapa santai saja. Pasti ada perbaikan harga nanti. Saya bantu cari informasi harga kedepan ni. Tenang sa" seru saya, sembari menguatka
Harga Cengkeh yang Melesukan
Harga komuditas cengkeh di kalangan petani tahun ini memang sedikit lesu. Sangat jauh dari ekspektasi. Padahal dengan harga yang berlaku di pasaran sekarang ini membuat para petani di desa tidak bisa berbuat banyak, pun tidak bisa menggantungkan harapan agar ekonomi kembali berdenyut di kalangan petani.
Untuk reksa wilayah Manggarai--Flores, per 28 Desember 2019, harga cengkeh kering per kilo gramnya turun ke 65 ribu rupiah. Sementara untuk cengkeh basahnya 25 ribu rupiah.
Penurunan yang signifikan ini terjadi semenjak memasuki pertengahan bulan September 2019 yang lalu. Sebulan sebelumnya, tepatnya Agustus, harganya masih sedikit memberi nafas harapan, yakni 90 ribu untuk cengkeh kering dan 40 ribu untuk cengkeh basah.
Tapi ketika memasuki bulan Oktober terjadi penurunan harga secara drastis, hampir setara tiga digit. Yakni dari 90 ke 60 ribu. Tentu penurunan harga cengkeh yang tetiba ini menjadikan diskursus buruk bagi petani. Sekejap telinga jadi penpeng dan kepala jadi linglung dibuatnya.