Penjelasan diatas menurut perspektif pesatren, didalam pespektif perguruan tinggi bagaikan mahasiswa dengan dosen, sama dengan santri dan kyai. Sama-sama menuntut ilmu dan mengamalkan ilmunya. Jadi guru seorang mahasiswa adalah dosen. Maka dari itu kita harus menjalankan perintah dari dosen, agar mendapatkan ilmu yang barokah dan manfaat. Karena sepintar apapun manusia, kalau ilmunya tidak barokah dia akan sia-sia dengan kepintarannya, ibaratnya bagaikan pohon tak berbuah. Realitanya banyak anak sekarang sombong akan kepintarannya, seolah-olah dia yang paling pintar sedunia. Padahal, yang pantas sombong, tiada lain yaitu Allah swt. Karena diatas langit masih ada langit lagi, jadi orang pintar masih ada yang lebih pintar lagi, jadi gak usah sombong kalau punya kelebihan, syukuri apa yang telah diberikan oleh Allah swt. Karena dibalik kelebihan tersebut pasti ada kekurangannya, sebaliknya dimna kita punya kekurang pasti kita punya kelebihan. Allah swt menganjurkan kita untuk mengikuti lampa Rosulullah saw, yang mana dalam hadist di jelaskan “Bahwasanya Rosulullah ketika diberi rezeki(nikmat) beliau bersyukur, dan apabila beliau tidak diberikan rezeki, beliau tetap bersyukur. Berbeda dengan manusia pada umumnya, apabila seseorang diberi rezeki (nikmat) dia mensyukuri, dan apabila tidak diberikan rezeki dia harus sabar.
“Hanya itu yang bisa saya paparkankan, semoga bermanfaat”
اوالله اعلم بالصوب
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H