Hati Seluas Samudra bukalah sebuah judul film yang dibintangi oleh Paramitha Rusady, Yati Octavia, Jeremy Thomas, dan Anjas Asmara di sebuah serial televisi tahun 1994 yang disutradarai oleh Jopi Burnama, melainkan judul tulisan yang mengedepankan pertimbangan hati dari pada pertimbangan logika atau pikiran.
Pendahuluan
Ketika seorang pemimpin dibenci dan direndahkan oleh sebagian kecil orang yang merasa lebih layak dari beliau dan orang-orang yang sakit hati dengan alasan berbagai macam lalu mengungkapkannya melalaui media sosial dengan berbagai macam cara, mulai dari cara halus hingga dengan cara yang tidak dapat ditolerir. Hati seluas samudera seorang pemimpin tidaklah hanya kiasan semata, dalam dunia nyata dapat kita temukan orangnya dan masyarakatpun dapat melihatnya dengan sangat dekat dengan kehadirannya di berbagai daerah, khususnya di tempat-tempat yang jarang dikunjungi oleh pemimpin terdahulunya. Beliau seakan tidak menunjukan rasa tidak nyaman dengan berbagai kata-kata dan perbuatan yang membencinya, melainkan menyayangi mereka dan semua rakyat Indonesia dengan bekerja secara jujur dan seadil mungkin. Beliau tidak merespon dengan kata-kata melainkan dengan karya nyata, hasilnya sebagian besar rakyat menyayangi hingga memilihnya selama 2 periode untuk memimpin Indonesia.
Perumpamaan: Lalat, Segelas Air Putih, dan Segelas Berisi Madu
Kalau seekor lalat jatuh ke segelas air putih, air putihnya dibuang.Tapi kalau lalat itu jatuh ke segelas madu, lalatnya yang dibuang.
Perumpamaan seekor lalat yang jatuh ke dalam segelas air minum dan segelas madu sebagai metafora untuk menjelaskan bagaimana sebaiknya kesalahan seseorang diperlakukan berbeda, tergantung pada nilai atau kualitas orang tersebut. Perumpamaan ini memberikan wawasan tentang bagaimana kesalahan dipahami dan direspon, terutama dalam konteks seorang pemimpin atau individu yang memiliki nilai penting dalam masyarakat dan bernegara. Saat ini begitu banyak penilaian terhadap pemimpin, baik itu secara hukum formal maupun nonformal dan juga yang menyangkut pelanggaran etika dan keberpihakan terhadap seseorang.
Lalat dalam Segelas Air Putih: Simbol Kehilangan Nilai
Ketika seekor lalat jatuh ke dalam segelas air putih, reaksi yang biasa dilakukan adalah membuang seluruh minuman tersebut. Ini karena minuman yang tadinya bisa diminum menjadi tidak layak atau "tercemar" oleh kehadiran lalat pembawa kuman. Dalam perumpamaan ini, lalat mewakili kesalahan atau kekeliruan yang dianggap merusak sesuatu yang nilainya biasa-biasa saja. Orang yang membuat kesalahan dalam situasi ini, secara tidak langsung tidak dianggap memiliki nilai khusus, maka tindakannya adalah "dibuang" bersama kesalahan itu. Artinya, kesalahan tersebut digunakan sebagai alasan untuk menindak orang tersebut terhadap situasi atau posisinya.
Ini menggambarkan bahwa dalam kehidupan, orang-orang yang tidak dianggap kurang berkualitas, masih muda, kurang pengalaman, atau memiliki peran yang kurang penting acap kali tidak diberi kesempatan kedua ketika pemimpin membuat kesalahan. Seseorang dengan minim pengalaman atau sebagai kategori pemula yang membuat kesalahan karena kurang hati-hati dan tidak mampu mengendalikan diri dari hal yang terkecil tentu tidak akan dipertimbangkan untuk dipertahankan. Seperti minuman yang dibuang karena lalat, mereka dengan cepat dicoret atau diabaikan. Dengan kata lain segelas air putih tidak ada harganya dan lagi pula untuk hanya segelas air putih akan dengan mudah mendapatkan penggantinya.
Lalat dalam Madu: Simbol Nilai yang Berharga
Di sisi lain, ketika lalat jatuh ke dalam segelas berisi madu, lalatnya saja yang dibuang, sementara madunya tetap disimpan. Madu, sebagai simbol dari sesuatu yang sangat berharga, tidak akan dengan mudah dibuang hanya karena ada lalat kecil yang jatuh ke dalamnya. Dalam situasi ini, lalat (kesalahan) dianggap hanya gangguan kecil yang tidak cukup besar untuk menghancurkan nilai utama (madu).
Ini mengilustrasikan bahwa jika seseorang dianggap berharga, seperti seorang pemimpin yang jujur dan dicintai oleh rakyatnya, kesalahan yang dibuatnya mungkin tidak akan menyebabkan orang tersebut langsung dijatuhkan atau dihilangkan. Sebaliknya, kesalahan itu akan diabaikan atau dimaafkan, dengan pemikiran bahwa nilai individu tersebut jauh lebih besar daripada kesalahan yang mereka buat. Seperti madu yang masih dipertahankan meskipun ada lalat, orang yang memiliki nilai besar bagi masyarakat akan dimaafkan atas kesalahan mereka. Menimbang untuk memaafkan atas kesalahan yang diperbuat dalam hal ini memberikan kesempatan yang kedua kalinya.